Rupiah diproyeksi diselimuti awan mendung
A
A
A
Sindonews.com - "Awan mendung" tampak diprediksi akan menyelimuti laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan awal pekan ini seiring dengan positifnya pengumuman data initial jobless claims Amerika Serikat (AS) yang kembali menurun.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, laju rupiah ini sejalan dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meskipun pelemahan yang terjadi kali ini tidak sedalam sehari sebelumnya.
Reza menerangkan, selain terpengaruh dengan kenaikan USD, laju nilai tukar rupiah turut dipengaruhi timbulnya kekhawatiran akibat pernyataan yang dilontarkan pejabat Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Disebutkan inflasi inti di tahun ini dapat lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga kebijakan ketat masih akan diperlukan," kata Reza, Senin (20/1/2014).
Di sisi lain, lanjut Reza, melemahnya yen seiring pengumuman penurunan foreign bond dan stock investment serta consumer confidence Jepang membuat laju USD tidak mendapat perlawanan.
"Ini berimbas pada pelemahan rupiah," jelasnya.
Laju rupiah tampak kembali menjauhi level Rp12.000 per USD atau berada pada kisaran Rp12.155-12.115 per USD. Dia meprediksi, laju rupiah berada di atas target support Rp12.128 per USD.
"Rentang rupiah di kisaran Rp12.155-12.115 per USD mengacu kurs tengah BI," kata dia.
Pada akhir pekan lalu, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI berada di level Rp12.127 per USD atau terdepresiasi 10 poin dibanding penutupan sebelumnya di level Rp12.117 per USD.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg di level Rp12.091 per USD. Posisi ini terapresiasi 34 poin dari penutupan Kamis (16/1/2014) di level Rp12.125 per USD.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, laju rupiah ini sejalan dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meskipun pelemahan yang terjadi kali ini tidak sedalam sehari sebelumnya.
Reza menerangkan, selain terpengaruh dengan kenaikan USD, laju nilai tukar rupiah turut dipengaruhi timbulnya kekhawatiran akibat pernyataan yang dilontarkan pejabat Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Disebutkan inflasi inti di tahun ini dapat lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga kebijakan ketat masih akan diperlukan," kata Reza, Senin (20/1/2014).
Di sisi lain, lanjut Reza, melemahnya yen seiring pengumuman penurunan foreign bond dan stock investment serta consumer confidence Jepang membuat laju USD tidak mendapat perlawanan.
"Ini berimbas pada pelemahan rupiah," jelasnya.
Laju rupiah tampak kembali menjauhi level Rp12.000 per USD atau berada pada kisaran Rp12.155-12.115 per USD. Dia meprediksi, laju rupiah berada di atas target support Rp12.128 per USD.
"Rentang rupiah di kisaran Rp12.155-12.115 per USD mengacu kurs tengah BI," kata dia.
Pada akhir pekan lalu, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI berada di level Rp12.127 per USD atau terdepresiasi 10 poin dibanding penutupan sebelumnya di level Rp12.117 per USD.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg di level Rp12.091 per USD. Posisi ini terapresiasi 34 poin dari penutupan Kamis (16/1/2014) di level Rp12.125 per USD.
(rna)