Pemerintah turunkan target lifting minyak

Senin, 27 Januari 2014 - 18:54 WIB
Pemerintah turunkan target lifting minyak
Pemerintah turunkan target lifting minyak
A A A
Sindonews.com - Pemerintah mengusulkan adanya revisi target produksi siap jual (lifting) minyak yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014 sebesar 870.000 barel per hari (bph).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik mengatakan, usulan revisi target lifting minyak tahun ini berdasarkan keputusan rapat bersama dengan SKK Migas. Hal itu disebabkan banyak kendala dilapangan akibat cuaca ekstrem dan kendala lainnya.

"Berdasarkan hasil rapat bersama dengan SKK Migas i2014 sulit tercapai," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/1/2014).

Menurutnya, selain cuaca ekstrem tak tercapainya target lifting juga disebabkan karena produksi minyak di Blok Cepu mengalami kemunduruan. Seharusnya, lanjut Wacik, Cepu berproduksi pada Juli 2014. Namun karena terkendala teknis maka Blok Cepu ditargetkan berproduksi November 2014.

"Kita sudah uber-uber terus tapi harus tetap realistis memang tidak bisa cepat," ujarnya.

Selain itu, revisi lifting juga disebabkan karena sulitnya mengelola sumur-sumur tua. Sehingga mau tidak mau target lifting terpaksa harus diturunkan. "Perkiraan revisi target lifting berkisar antara 810.000-820.000 barel per hari. Jumlah ini paling realistis untuk tahun ini," kata dia.

Plt Kepala SKK Migas Johanes Widjanarko menyebutkan, akibat cuaca ekstrem, negara kehilangan produksi minyak mentah dan kondensat sebesar 70.000 bph. Sehingga berakibat merosotnya produksi minyak nasional. "Ini disebabkan karena sejumlah fasilitas offshore mengalami gangguan karena angin dan ombak," ungkapnya.

Johanes menegaskan, akibat cuaca buruk tersebut saat ini produksi rata-rata minyak nasional merosot hingga 745.000 bph. Turunnya produksi dikarenakan putusnya tali pengikat kapal floating storage and off loading (FSO) Cinta Natomas dari alat tambatnya. Sehingga berakibat produksi dari Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java, Mobil Cepu Limited dan Pertamina EP Cepu tidak dapat disalurkan.

"Akibatnya negara kehilangan produksi hingga 30.000 bph dari wilayah kerja ketiga perusahaan tersebut. Dengan kapasitas produksi mencapai 72.000 bph," jelasnya.

Selain itu, potensi produksi akibat bornya hose yang menghubungkan alat tambat dengan FSO Abherka west Madura Offshore mencapai 22.500 bph. Bahkan kehilangan potensi kehilangan produksi sebesar 1500 bph juga menimpa PT Sele Raya. "Truk pengangkut minyak milik Sele Raya tidak bisa melintas akibat genangan banjir," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan, target 870.000 bph yang dimandatkan pemerintah merupakan beban yang sangat berat mengingat 90 persen lapangan minyak yang dimiliki Indonesia saat ini merupakan lapangan tua dan tidak tahan terhadap perubahan cuaca yang ekstrim. "Saya rasa itu tantangan besar. Lapangan muda kita itu hanya 10 persen," ucapnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3005 seconds (0.1#10.140)