Serap kedelai, Bulog Sulsel anggarkan Rp7,5 M
A
A
A
Sindonews.com - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divre VII Sulselbar menargetkan serapan kedelai di wilayah ini sebesar 1.000 ton atau setara dengan Rp7,5 miliar. Angka ini naik 700 ton dibanding penyerapan tahun lalu sebesar 300 ton.
Kepala Bulog Divre VII Sulselbar, Tommy S Sikado optimis mampu melakukan penyerapan sebesar itu. Pembelian diperkirakan mulai dilakukan akhir Februari, saat panen komoditas ini dilakukan.
"Kami melakukan penyerapan untuk menghindari tengkulak ditingkat petani. Karena Bulog salah satu tugasnya adalah badan penyangga," ungkapnya kepada Koran Sindo, Kamis (6/2/2014).
Dia memastikan, pemerintah akan melakukan pembelian sesuai dengan harga beli pemerintah (hbp) yang ditetapkan pemerintah. Yakni Rp7.500 per kilogram (kg). Jika petani mendapatkan nilai beli pasar, maka pihaknya mempersilakan petani menjual langsung ke produsen.
Meski demikian, kedelai-kedelai ini harus memenuhi standar nasional, seperti kadar air maksimal 14 persen, butir belah dan butir rusak 3 persen, butir warna lain maksimal 5 persen, butir kotor 2 persen, dan butir keriput maksimal 3 persen.
Tommi mengatakan, ada beberapa daerah sentra di Sulsel mencakup Kabupaten Bone, Soppeng dan Wajo. Bulog sendiri memiliki 54 gudang yang tersebar diberbagai daerah untuk menampung hasil panen petani.
Kedelai-kedelai ini, lanjut dia, akan disalurkan ke perajin tahu dan tempe yang 80 persen berada di Kota Makassar. Bulog bekerja sama dengan kelompok koperasi perajin tahu tempe ini untuk menyalurkannya.
"Untuk menjaga agar harga tetap stabil, maka yang paling penting adalah mengetahui berapa besar kebutuhan dan suplai. Sehingga jelas berapa kebutuhan masyarakat dan bagaimana intervensi pemerintah. Selama ini kami belum memiliki data itu," ujar Tommy
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Sulsel Lutfi Halide mengaku, jika tahun ini akan memproduksi kedelai sebanyak 200 ribu ton atau meningkat dari produksi 2013 sekitar 45 ribu ton.
"Kami sudah menyiapkan lahan sampai 100 ribu hektare. Daerah yang saat ini produksi biji kedelainya paling tinggi adalah kabupaten Wajo dan Soppeng, bisa mencapai 4 ton per hektare dari rata-rata hanya 2 ton per hektare," terang Lutfi.
Selain pertambahan luas lahan, meningkatnya target produksi kedelai di wilayah ini optimis dicapai, mengingat pemerintah melalui Bulog sudah mulai memberikan harga tinggi bagi kedelai.
"kita patut apresiasi meningkatnya harga beli kedelai. Hal ini harus kita dorong terus untuk meningkatkan gairah petani mengembangkan kedelai," pungkasnya.
Kepala Bulog Divre VII Sulselbar, Tommy S Sikado optimis mampu melakukan penyerapan sebesar itu. Pembelian diperkirakan mulai dilakukan akhir Februari, saat panen komoditas ini dilakukan.
"Kami melakukan penyerapan untuk menghindari tengkulak ditingkat petani. Karena Bulog salah satu tugasnya adalah badan penyangga," ungkapnya kepada Koran Sindo, Kamis (6/2/2014).
Dia memastikan, pemerintah akan melakukan pembelian sesuai dengan harga beli pemerintah (hbp) yang ditetapkan pemerintah. Yakni Rp7.500 per kilogram (kg). Jika petani mendapatkan nilai beli pasar, maka pihaknya mempersilakan petani menjual langsung ke produsen.
Meski demikian, kedelai-kedelai ini harus memenuhi standar nasional, seperti kadar air maksimal 14 persen, butir belah dan butir rusak 3 persen, butir warna lain maksimal 5 persen, butir kotor 2 persen, dan butir keriput maksimal 3 persen.
Tommi mengatakan, ada beberapa daerah sentra di Sulsel mencakup Kabupaten Bone, Soppeng dan Wajo. Bulog sendiri memiliki 54 gudang yang tersebar diberbagai daerah untuk menampung hasil panen petani.
Kedelai-kedelai ini, lanjut dia, akan disalurkan ke perajin tahu dan tempe yang 80 persen berada di Kota Makassar. Bulog bekerja sama dengan kelompok koperasi perajin tahu tempe ini untuk menyalurkannya.
"Untuk menjaga agar harga tetap stabil, maka yang paling penting adalah mengetahui berapa besar kebutuhan dan suplai. Sehingga jelas berapa kebutuhan masyarakat dan bagaimana intervensi pemerintah. Selama ini kami belum memiliki data itu," ujar Tommy
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Sulsel Lutfi Halide mengaku, jika tahun ini akan memproduksi kedelai sebanyak 200 ribu ton atau meningkat dari produksi 2013 sekitar 45 ribu ton.
"Kami sudah menyiapkan lahan sampai 100 ribu hektare. Daerah yang saat ini produksi biji kedelainya paling tinggi adalah kabupaten Wajo dan Soppeng, bisa mencapai 4 ton per hektare dari rata-rata hanya 2 ton per hektare," terang Lutfi.
Selain pertambahan luas lahan, meningkatnya target produksi kedelai di wilayah ini optimis dicapai, mengingat pemerintah melalui Bulog sudah mulai memberikan harga tinggi bagi kedelai.
"kita patut apresiasi meningkatnya harga beli kedelai. Hal ini harus kita dorong terus untuk meningkatkan gairah petani mengembangkan kedelai," pungkasnya.
(izz)