Diserbu impor, harga apel Malang anjlok
A
A
A
Sindonews.com - Asosiasi Hortikultura Nasional (AHN) menilai, para petani apel Malang atau jenis hortikultura yang menjadi ikon Kota Malang tidak merasakan dapat perlindungan dari pemerintah.
Sekretaris Jenderal AHN, Ramdansyah mengatakan, ada beberapa persoalan yang dihadapi para petani apel Malang. Pertama, menurut petani di daerah ini sekitar 60-70 persen lahan pertanian apel sudah beralih fungsi.
Kini, lahan perkebunan apel ada yang beralih menjadi hotel, tempat hiburan, ada pula yang telantar atau beralih perkebunan tebu. Kedua, apel-apel yang ada di Malang sekarang kebanyakan apel impor.
"Akibatnya harga apel lokal terpuruk. Ada harga apel yang jatuh menjadi Rp2.500 per kilogram (kg) ditingkat eceran. Berlimpahnya apel impor di Malang, maka ikon apel Malang beruba menjadi ikon apel impor atau apel China," kata dia dalam rilisnya kepada Sindonews, Kamis (20/2/2014).
Ketiga, lanjut Ramdansyah, jatuhnya harga apel lokal menyebabkan petani besar sekarang mulai beralih ke sektor usaha lain seperti properti, agrowisata, dan mula meninggalkan perkebunan apel. Sehingga membuat apel Malang tidak mempunyai posisi tawar.
"Keempat, bencana Gunung Kelud disatu sisi menyebabkan petani lebih sulit memasarkan produknya," ujar dia.
Sekretaris Jenderal AHN, Ramdansyah mengatakan, ada beberapa persoalan yang dihadapi para petani apel Malang. Pertama, menurut petani di daerah ini sekitar 60-70 persen lahan pertanian apel sudah beralih fungsi.
Kini, lahan perkebunan apel ada yang beralih menjadi hotel, tempat hiburan, ada pula yang telantar atau beralih perkebunan tebu. Kedua, apel-apel yang ada di Malang sekarang kebanyakan apel impor.
"Akibatnya harga apel lokal terpuruk. Ada harga apel yang jatuh menjadi Rp2.500 per kilogram (kg) ditingkat eceran. Berlimpahnya apel impor di Malang, maka ikon apel Malang beruba menjadi ikon apel impor atau apel China," kata dia dalam rilisnya kepada Sindonews, Kamis (20/2/2014).
Ketiga, lanjut Ramdansyah, jatuhnya harga apel lokal menyebabkan petani besar sekarang mulai beralih ke sektor usaha lain seperti properti, agrowisata, dan mula meninggalkan perkebunan apel. Sehingga membuat apel Malang tidak mempunyai posisi tawar.
"Keempat, bencana Gunung Kelud disatu sisi menyebabkan petani lebih sulit memasarkan produknya," ujar dia.
(izz)