Pasar obligasi pekan depan diprediksi variatif
A
A
A
Sindonews.com - Laju pasar obligasi pada pekan depan diprediksi masih berupaya menguat, namun sejumlah sentimen negatif akan menyebabkan lajunya menjadi variatif.
"Mulai adanya sentimen negatif terutama dari laju rupiah yang akan melemah karena terimbas kabar pernyataan beberapa pejabat The Fed yang menginginkan adanya percepatan penarikan stimulus dan suku bunga Fed Rate akan membuat laju pasar obligasi variatif," kata
Sekretaris Umum Forum Komunikasi Certified Securities Analyst (CSA) Reza Priyambada, Sabtu (22/2/2014).
Menurut dia, sentimen yang ada di pasar tersebut kemungkinan akan dimanfaatkan sebagian pelaku pasar obligasi untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking), dengan memanfaatkan laju kenaikan pasar obligasi yang terjadi selama sepekan terakhir.
Di sisi lain, dia menambahkan, jelang akhir bulan biasanya akan ada penilaian mengenai inflasi yang akan mempengaruhi pasar obligasi. Namun, masih rendahnya harga obligasi dibanding tahun-tahun sebelumnya kemungkinan akan dimanfaatkan untuk koleksi secara bertahap.
Karena itu, dia mengingatkan pelaku pasar untuk mewaspadai potensi pelemahan, terutama pada tenor jangka panjang. "Semoga data-data yang dirilis nantinya tidak semakin menambah keinginan untuk profit taking," kata dia.
Sementara laju penguatan pasar obligasi pada pekan ini seiring dengan sentimen positif dari dalam negeri, seperti surplus neraca pembayaran Indoensia kuartal IV/2013 dan terapresiasinya rupiah.
Namun, rilis lelang SUN yang rendah membuat pasar obligasi sempat variatif. Pada pasar sekunder terlihat mayoritas mengalami penurunan yield kecuali untuk tenor 4 tahun yang sedikit mengalami kenaikan.
Pada seri benchmark juga terlihat penurunan yield dan harga obligasinya pun dapat kembali ke harga parnya (premi). Selain terimbas data-data makro ekonomi Indonesia yang dinilai membaik, penggunaan acuan kurs rupiah menjadi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) oleh pasar keuangan Singapura menggantikan Non Deliverable Forward (NDF) turut berimbas positif karena dinilai membuat investor asing lebih yakin terhadap pergerakan rupiah.
"Mulai adanya sentimen negatif terutama dari laju rupiah yang akan melemah karena terimbas kabar pernyataan beberapa pejabat The Fed yang menginginkan adanya percepatan penarikan stimulus dan suku bunga Fed Rate akan membuat laju pasar obligasi variatif," kata
Sekretaris Umum Forum Komunikasi Certified Securities Analyst (CSA) Reza Priyambada, Sabtu (22/2/2014).
Menurut dia, sentimen yang ada di pasar tersebut kemungkinan akan dimanfaatkan sebagian pelaku pasar obligasi untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking), dengan memanfaatkan laju kenaikan pasar obligasi yang terjadi selama sepekan terakhir.
Di sisi lain, dia menambahkan, jelang akhir bulan biasanya akan ada penilaian mengenai inflasi yang akan mempengaruhi pasar obligasi. Namun, masih rendahnya harga obligasi dibanding tahun-tahun sebelumnya kemungkinan akan dimanfaatkan untuk koleksi secara bertahap.
Karena itu, dia mengingatkan pelaku pasar untuk mewaspadai potensi pelemahan, terutama pada tenor jangka panjang. "Semoga data-data yang dirilis nantinya tidak semakin menambah keinginan untuk profit taking," kata dia.
Sementara laju penguatan pasar obligasi pada pekan ini seiring dengan sentimen positif dari dalam negeri, seperti surplus neraca pembayaran Indoensia kuartal IV/2013 dan terapresiasinya rupiah.
Namun, rilis lelang SUN yang rendah membuat pasar obligasi sempat variatif. Pada pasar sekunder terlihat mayoritas mengalami penurunan yield kecuali untuk tenor 4 tahun yang sedikit mengalami kenaikan.
Pada seri benchmark juga terlihat penurunan yield dan harga obligasinya pun dapat kembali ke harga parnya (premi). Selain terimbas data-data makro ekonomi Indonesia yang dinilai membaik, penggunaan acuan kurs rupiah menjadi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) oleh pasar keuangan Singapura menggantikan Non Deliverable Forward (NDF) turut berimbas positif karena dinilai membuat investor asing lebih yakin terhadap pergerakan rupiah.
(rna)