Muhaimin tak puas pengangguran turun tipis

Senin, 05 Mei 2014 - 16:28 WIB
Muhaimin tak puas pengangguran...
Muhaimin tak puas pengangguran turun tipis
A A A
Sindonews.com - Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), Muhaimin Iskandar mengaku tidak puas dengan angka pengangguran yang turun tipis di awal 2014.

Muhaimin menduga melemahnya pertumbuhan ekonomi Indomesia akibat imbas ekonomi global menjadi salah satu sebab menurunnya penyerapan tenaga kerja.

"Tentunya kita tidak puas dengan capaian penurunan pengangguran yang tipis. Target penciptaan lapangan kerja tidak tercapai, salah satunya karena pertumbuhan ekonomi Indonesia agak melemah akibat pengaruh ekonomi global," kata Muhaimin dalam rilinys, Senin (5/5/2014).

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pengangguran per Februari 214. Tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 5,7 persen atau 7,15 juta jiwa. Angka tersebut turun dibandingkan Februari 2013 yang sebesar 5,82 persen (7,2 juta jiwa) maupun Agustus 2013 yang 6,17 persen (7,41 juta jiwa).

Kepala BPS Suryamin mengatakan, dalam setahun terakhir jumlah pengangguran bisa diturunkan sebanyak 50 ribu orang. Namun, jika dibandingkan Agustus 2013, jumlah pengangguran turun 260 ribu orang.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama ini juga belum dapat secara signifikan menyerap tenaga kerja baru. "Padahal semestinya setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi harusnya mampu menyerap 500 ribu tenaga kerja baru. Itu yang terjadi belum sampai ke situ," katanya.

Sebagai solusi mengurangi angka pengangguran, Muhaimin mengatakan, pemerintah mendorong terjadinya hubungan industrial yang makin kondusif. Sehingga mampu meningkatakn produktivitas kerja.

"Dengan hubungan industrial yang baik, maka produktivitas kerja akan meningkat dan diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja dan keuntungan perusahaan. Sehingga mampu membuka lowongan kerja baru," katanya.

Langkah lainnya dengan meningkatkan keterampilan dan kompetensi kerja yang sesuai dengan pasar kerja. Rendahnya standar kualitas keterampilan dan kompetensi kerja, kata dia mengakibatkan calon tenaga kerja sulit menembus lowongan-lowongan yang disediakan pasar kerja dan industri tanah air.

"Selama ini lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan, terutama swasta belum mampu menyesuaikan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Sehingga banyak lowongan pekerjaan yang tidak terisi akibat tidak adanya link and match," pungkas Menakertrans.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7115 seconds (0.1#10.140)