Pasokan Kurang, Pemerintah Tolak Impor Gula
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan belum akan melakukan kebijakan importasi gula, meski hingga Juni mendatang pasokan nasional mengalami kekurangan 350.000 ton.
"Kalau kita lihat sekarang misalnya terjadi kekurangan, tampaknya sudah dicover oleh penggilingan yang sudah masuk. Sehingga, kalau itu namanya perhitungan. Kita akan melihat terasa di pasar lebih pada akhir tahun," ujar Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Bayu Krisnamurthi di kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (22/5/2014).
Dia menjelaskan, saat ini stok gula lama di gudang jumlahnya masih cukup banyak. Persediaan tersebut hingga kini masih sulit untuk dikeluarkan dari gudang. Akibatnya, kualitas gula yang ada menurun.
"Dan itu terjadi tidak hanya sekadar kita sudah masuk musim giling. Tapi, karena juga kualitas dari gula itu menurun. Karena waktunya sudah lama, dan waktu itu dibeli dengan harga cukup mahal," terangnya.
Bayu menuturkan, pada 2012 dan awal 2013, harga gula masih sangat tinggi. Jadi, jika sekarang harus menjual gula tersebut dengan kualitas turun, harga akan ikut menurun, pengusaha pun merugi.
"Ini situasi yang masih harus kita cari solusinya karena sebentar lagi akan ada pasokan produksi dalam jumlah besar dari pabrik gula kita," tuturnya.
Sementara untuk Bulog, lanjut Bayu, badan itu adalah instrumen pemerintah. Jadi, mereka akan ikut instruksi dari pemerintah jika akan mengambil keputusan untuk importasi gula.
"Kita lihat saja nanti bagaimana hasil dari giling. Kalau kemarin masih perkiraaan, nanti realitasnya bagaimana. Nanti kemudian kita bisa ambil langkah. Kalau dengan Bulog itu mudah karena BUMN. Dan, itu memang konteksnya adalah untuk menutup kekurangan pasar," tandasnya.
"Kalau kita lihat sekarang misalnya terjadi kekurangan, tampaknya sudah dicover oleh penggilingan yang sudah masuk. Sehingga, kalau itu namanya perhitungan. Kita akan melihat terasa di pasar lebih pada akhir tahun," ujar Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Bayu Krisnamurthi di kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (22/5/2014).
Dia menjelaskan, saat ini stok gula lama di gudang jumlahnya masih cukup banyak. Persediaan tersebut hingga kini masih sulit untuk dikeluarkan dari gudang. Akibatnya, kualitas gula yang ada menurun.
"Dan itu terjadi tidak hanya sekadar kita sudah masuk musim giling. Tapi, karena juga kualitas dari gula itu menurun. Karena waktunya sudah lama, dan waktu itu dibeli dengan harga cukup mahal," terangnya.
Bayu menuturkan, pada 2012 dan awal 2013, harga gula masih sangat tinggi. Jadi, jika sekarang harus menjual gula tersebut dengan kualitas turun, harga akan ikut menurun, pengusaha pun merugi.
"Ini situasi yang masih harus kita cari solusinya karena sebentar lagi akan ada pasokan produksi dalam jumlah besar dari pabrik gula kita," tuturnya.
Sementara untuk Bulog, lanjut Bayu, badan itu adalah instrumen pemerintah. Jadi, mereka akan ikut instruksi dari pemerintah jika akan mengambil keputusan untuk importasi gula.
"Kita lihat saja nanti bagaimana hasil dari giling. Kalau kemarin masih perkiraaan, nanti realitasnya bagaimana. Nanti kemudian kita bisa ambil langkah. Kalau dengan Bulog itu mudah karena BUMN. Dan, itu memang konteksnya adalah untuk menutup kekurangan pasar," tandasnya.
(dmd)