Pasar Obligasi Pekan Ini Diprediksi Sideways
A
A
A
JAKARTA - Pasar surat utang (obligasi) pada pekan ini diprediksi variatif cenderung sideways lantaran berkurangnya hari transaksi karena libur memperingati Isra Miraj dan Kenaikan Isa Almasih.
Sekretaris Umum Forum Komunikasi Certified Securities Analyst (FK-CSA) Reza Priyambada mengatakan, pelaku pasar biasanya cenderung menahan diri dengan berkurangnya hari transaksi yang terjadi selang-seling hari pada pekan ini.
"Aksi wait & see cenderung mengurangi aktivitas transaksi masih dimungkinkan terjadi," kata dia, Senin (26/5/2014).
Karena itu, dia berharap sentimen di pasar terutama rilis data-data ekonomi masih dapat memberikan sentimen positif jelang akhir pekan, yang biasanya akan cenderung terpengaruh dengan adanya ekspektasi terhadap rilis data-data ekonomi yang akan dirilis.
"Untuk itu, bisa dicermati beberapa obligasi tenor jangka pendek untuk sementara waktu yang diharapkan dapat melanjutkan pergerakan positifnya," saran Reza.
Pada pekan ini, pemerintah kembali menggelar lelang surat utang negara atau SUN. Dalam lelang ini, pemerintah menawarkan lima seri lawas, yakni seri SPN12150305 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada 5 Maret 2015. Kemudian, seri SPN12150501 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada 1 Mei 2015.
Seri lain, FR0069 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 7,875% dan jatuh tempo pada 15 April 2019. Seri FR0071 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 9% dan jatuh tempo pada 15 Maret 2029 serta seri FR0068 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,37% dan jatuh tempo pada 15 Maret 2034.
Pemerintah menargetkan bisa mengumpulkan dana Rp8 triliun dari lelang tersebut. Dana tersebut akan digunakan untuk pembiayaan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2014.
Sementara pasar obligasi pada pekan lalu hampir sama dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang cenderung melemah, meski jelang akhir pekan laju pergerakan harga-harga obligasi cenderung menguat, namun belum mampu mengimbangi penurunan tajam di awal pekan.
Tercatat laju obligasi tenor pendek menengah mengalami kenaikan yield. Begitupun dengan tenor jangka panjang yang juga terlihat menguat sepanjang pekan kemarin.
Sekretaris Umum Forum Komunikasi Certified Securities Analyst (FK-CSA) Reza Priyambada mengatakan, pelaku pasar biasanya cenderung menahan diri dengan berkurangnya hari transaksi yang terjadi selang-seling hari pada pekan ini.
"Aksi wait & see cenderung mengurangi aktivitas transaksi masih dimungkinkan terjadi," kata dia, Senin (26/5/2014).
Karena itu, dia berharap sentimen di pasar terutama rilis data-data ekonomi masih dapat memberikan sentimen positif jelang akhir pekan, yang biasanya akan cenderung terpengaruh dengan adanya ekspektasi terhadap rilis data-data ekonomi yang akan dirilis.
"Untuk itu, bisa dicermati beberapa obligasi tenor jangka pendek untuk sementara waktu yang diharapkan dapat melanjutkan pergerakan positifnya," saran Reza.
Pada pekan ini, pemerintah kembali menggelar lelang surat utang negara atau SUN. Dalam lelang ini, pemerintah menawarkan lima seri lawas, yakni seri SPN12150305 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada 5 Maret 2015. Kemudian, seri SPN12150501 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada 1 Mei 2015.
Seri lain, FR0069 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 7,875% dan jatuh tempo pada 15 April 2019. Seri FR0071 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 9% dan jatuh tempo pada 15 Maret 2029 serta seri FR0068 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,37% dan jatuh tempo pada 15 Maret 2034.
Pemerintah menargetkan bisa mengumpulkan dana Rp8 triliun dari lelang tersebut. Dana tersebut akan digunakan untuk pembiayaan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2014.
Sementara pasar obligasi pada pekan lalu hampir sama dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang cenderung melemah, meski jelang akhir pekan laju pergerakan harga-harga obligasi cenderung menguat, namun belum mampu mengimbangi penurunan tajam di awal pekan.
Tercatat laju obligasi tenor pendek menengah mengalami kenaikan yield. Begitupun dengan tenor jangka panjang yang juga terlihat menguat sepanjang pekan kemarin.
(rna)