Produksi Garam di Bali Menurun
A
A
A
DENPASAR - Berdasakan data Badan Pusat Statistik (BPS), Bali masih mengimpor komoditas garam dari Vietnam. Padahal Pulau Bali dikelilingi laut.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali I Made Gunaja mengatakan, produksi garam di Bali tidak mampu mencukupi kebutuhan di Bali.
Kebutuhan garam di Bali dalam satu bulan mencapai 600 ton atau dalam setahun sebesar 7.200 ton. Sementara produksi garam di Bali pada 2013 hanya sekitar 4.900 ton per tahun, sehingga Bali kekurangan garam. Pada 2012, Bali mampu memproduksi garam sebanyak 6.514 ton.
Rendahnya produksi garam di Bali disebabkan pantai di Bali dibagi dengan pariwisata. Sehingga luas lahan pertanian garam pun tidak luas.
"Kebutuhan garam di Bali sangat tinggi. Pasalnya di sini banyak perusahaan spa yang membutuhkan garam. Rata-rata garam dari Bali dipakai untuk produk spa, sementara untuk pemindangan kami ambil dari Madura," ungkapnya di Denpasar, Jumat (20/6/2014).
Gunaja memaparkan, saat ini luas lahan yang memproduksi garam sebanyak 171 hektare, tersebar di daerah Tabanan, Bulelleng, Karangasem, Klungkung, Gianyar, Jembrana dan yang Baru di Denpasar.
Tambak garam di Bali satu hektare hanya bisa menghasilkan 38 ton, sementara target nasional 96 ton per hektare. Jadi pulau yang terkenal akan keindahan lautnya ini baru bisa memproduksi garam 40%.
Untuk meningkatkan produksi garam di Bali, sesuai program Kementerian Kelautan memfasilitasi pengembangan garam. Produksi garam ketika cuacanya normal bisa selama 6 sampai 7 bulan. Dalam jangka dua minggu para petani garam bisa memanen.
Dari DKP untuk meningkatkan produksi garam ini mencoba memberikan alat kepada kelompok petani garam. Masing-masing kelompok diberi dana Rp12 juta yang dibelikan mesin dan terpal.
Sementara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali, I Wayan Kusumawati mengatakan, kebutuhan garam di Bali cukup tinggi, pasalnya di Bali banyak usaha spa yang menggunakan garam.
"Produk garam spa di Bali ini banyak seperti diketahui kalau di sini banyak tempat-tempat spa. Dan produk garam spa ini rata-rata bahanya dari petani garam lokal," pungkasnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali I Made Gunaja mengatakan, produksi garam di Bali tidak mampu mencukupi kebutuhan di Bali.
Kebutuhan garam di Bali dalam satu bulan mencapai 600 ton atau dalam setahun sebesar 7.200 ton. Sementara produksi garam di Bali pada 2013 hanya sekitar 4.900 ton per tahun, sehingga Bali kekurangan garam. Pada 2012, Bali mampu memproduksi garam sebanyak 6.514 ton.
Rendahnya produksi garam di Bali disebabkan pantai di Bali dibagi dengan pariwisata. Sehingga luas lahan pertanian garam pun tidak luas.
"Kebutuhan garam di Bali sangat tinggi. Pasalnya di sini banyak perusahaan spa yang membutuhkan garam. Rata-rata garam dari Bali dipakai untuk produk spa, sementara untuk pemindangan kami ambil dari Madura," ungkapnya di Denpasar, Jumat (20/6/2014).
Gunaja memaparkan, saat ini luas lahan yang memproduksi garam sebanyak 171 hektare, tersebar di daerah Tabanan, Bulelleng, Karangasem, Klungkung, Gianyar, Jembrana dan yang Baru di Denpasar.
Tambak garam di Bali satu hektare hanya bisa menghasilkan 38 ton, sementara target nasional 96 ton per hektare. Jadi pulau yang terkenal akan keindahan lautnya ini baru bisa memproduksi garam 40%.
Untuk meningkatkan produksi garam di Bali, sesuai program Kementerian Kelautan memfasilitasi pengembangan garam. Produksi garam ketika cuacanya normal bisa selama 6 sampai 7 bulan. Dalam jangka dua minggu para petani garam bisa memanen.
Dari DKP untuk meningkatkan produksi garam ini mencoba memberikan alat kepada kelompok petani garam. Masing-masing kelompok diberi dana Rp12 juta yang dibelikan mesin dan terpal.
Sementara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali, I Wayan Kusumawati mengatakan, kebutuhan garam di Bali cukup tinggi, pasalnya di Bali banyak usaha spa yang menggunakan garam.
"Produk garam spa di Bali ini banyak seperti diketahui kalau di sini banyak tempat-tempat spa. Dan produk garam spa ini rata-rata bahanya dari petani garam lokal," pungkasnya.
(izz)