HKTI Pesimis ‪Serapan Hortikultura Lokal 80% Terealisasi

Rabu, 06 Agustus 2014 - 18:12 WIB
HKTI Pesimis ‪Serapan...
HKTI Pesimis ‪Serapan Hortikultura Lokal 80% Terealisasi
A A A
BANDUNG - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat (Jabar) meminta pemerintah untuk memperbesar anggaran demi menggenjot produk hortikultura berkualitas, agar dapat berdaya saing.

Apalagi menjelang pengguliran pasar bebas ASEAN 2015. Di mana, sudah tidak ada pembatasan produk untuk masuk pasar dalam negeri.

"Produk-produk pertanian harus menjadi penguasa pasar dalam negeri. Makanya dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam menggarapnya seperti program sertifikasi maupun lainnya," ujar ketua HKTI Jabar Entang Sastraatmadja kepada wartawan, Rabu (6/8/2014).

Dia menilai saat ini pemerintah kurang melakukan sentuhan teknologi untuk program peningkatan kualitas tersebut. Akibatnya, cukup sulit mencapai target produk pertanian lokal dapat menguasai 80% pasar dalam negeri pada 2016.

"Selama ini kualitas produk belum banyak dipertimbangkan. Para petani hanya mempertimbangkan aspek kuantitas dalam memanen produknya. Hal ini berdampak pada anjloknya harga produk pertanian jika hasil panen melimpah," katanya.

Entang mencontohkan produk sayuran dan buah-buahan jika panen stoknya melimpah, namun pasti harganya anjlok karena kualitasnya kurang berdaya saing. Padahal, sumber daya alam di Indonesia sangat potensial dan melimpah. Namun, pemerintah dianggap masih belum mampu memanfaatkannya secara konsisten, terutama untuk produk hortikultura.

"Kualitas produk hortikultura Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan kualitas produk Malaysia, Thailand, dan Vietnam," katanya.

Selain peningkatan kualitas produk, peran pasar tradisional dan modern harus lebih ditingkatkan lagi untuk serapan produknya sendiri.

"Pasar tradisional tidak cukup mampu menjangkau kalangan menengah atas. Makanya pasar modern diharapkan harus bisa jadi sentra penjualan, untuk menjangkau kalangan masyarakat tertentu menengah atas maupun warga negara asing di negara ini," tuturnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juli 2014 mencapai 104,79 atau naik 0,54% dibandingkan Juni 2014 dengan indeks mencapai 104,23. Pemicunya adalah indeks harga diterima petani (IT) mengalami kenaikan 1,22% lebih tinggi dari kenaikan indeks harga dibayar petani (IB) yang naik 0,68%.

"Kenaikan NTP terbesar diperoleh subsektor hortikultura yang naik 1,03% dari 101,55 menjadi 102,05, NTP tanaman perkebunan 102,05, NTP perikanan 101,57, NTP tanaman pangan 103,08, dan NTP peternakan 106,55," ujar Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jabar Dody Gunawan Yusuf.

Dody menambahkan, untuk 171 transaksi gabah selama Juli 2014 berada di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Rata-rata harga gabah kering panen (GPK) mencapai Rp4.324,30 per kg, sedangkan gabah kering giling (GKG) mencapai Rp4.794,64 per kg.

"Harga gabah kualitas rendah mengalami penurunan 3,43% dari Rp3.316,27 per kg menjadi Rp3,202,78 per kg," ujarnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0927 seconds (0.1#10.140)