Penjualan Lahan Industri Merosot, Laba SSIA Anjlok 50%
A
A
A
JAKARTA - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) sepanjang semester I tahun ini mencatat penurunan laba bersih menjadi Rp189,6 miliar. Angka itu anjlok sebesar 50,4% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp382 miliar.
Berdasarkan laporan yang dipublikasikan perseroan disebutkan bahwa turunnya laba bersih tersebut dipicu menurunnya penjualan konsolidasi sebesar 7,2% menjadi Rp2,18 triliun dari Rp2,35 triliun.
Penurunan pendapatan konsolidasi, terutama dari penjualan lahan industri yang turun secara signifikan. Kawasan industri mencatat penjualan lahan industri seluas 16,6 hektare (ha) dengan harga rata-rata sekitar USD122,8 meter persegi (m2) atau secara total membukukan penjualan lahan industri sebesar Rp242,7 miliar.
Angka itu merosot 57,64% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp572,9 miliar. Pada semester I tahun lalu, perusahaan berhasil mencatat penjualan lahan industri seluas 61,7 ha, dengan harga rata-rata sekitar USD94,6 per m2.
Selain penjualan lahan industri menurun, unit usaha properti juga membukukan penurunan kinerja lantaran penyewaan ruang kantor di Graha Surya Internusa dihentikan sejak awal tahun karena perusahaan akan membangun kembali gedung tersebut.
Pendapatan usaha dari unit usaha yang mencakup kawasan industri dan penyewaan gedung ini turun 51,2% menjadi Rp320,5 miliar dari semester I tahun lalu sebesar Rp656,4 miliar.
Sementara yang mengontribusi pendapatan usaha konsolidasi perusahaan sepanjang enam bulan pertama tahun ini adalah unit usaha jasa konstruksi yang membukukan pendapatan sebesar Rp1,56 triliun, naik 8,2% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp1,44 triliun.
Unit usaha konstruksi mencatat perolehan kontrak sekitar Rp1,83 triliun, sedangkan contract on hand sebesar Rp4,09 triliun, meningkat 23% dibanding semester I/2013 senilai Rp3,33 triliun.
Selain itu, unit usaha perhotelan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp297,8 miliar, naik 19,4% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp249,4 miliar.
Berdasarkan laporan yang dipublikasikan perseroan disebutkan bahwa turunnya laba bersih tersebut dipicu menurunnya penjualan konsolidasi sebesar 7,2% menjadi Rp2,18 triliun dari Rp2,35 triliun.
Penurunan pendapatan konsolidasi, terutama dari penjualan lahan industri yang turun secara signifikan. Kawasan industri mencatat penjualan lahan industri seluas 16,6 hektare (ha) dengan harga rata-rata sekitar USD122,8 meter persegi (m2) atau secara total membukukan penjualan lahan industri sebesar Rp242,7 miliar.
Angka itu merosot 57,64% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp572,9 miliar. Pada semester I tahun lalu, perusahaan berhasil mencatat penjualan lahan industri seluas 61,7 ha, dengan harga rata-rata sekitar USD94,6 per m2.
Selain penjualan lahan industri menurun, unit usaha properti juga membukukan penurunan kinerja lantaran penyewaan ruang kantor di Graha Surya Internusa dihentikan sejak awal tahun karena perusahaan akan membangun kembali gedung tersebut.
Pendapatan usaha dari unit usaha yang mencakup kawasan industri dan penyewaan gedung ini turun 51,2% menjadi Rp320,5 miliar dari semester I tahun lalu sebesar Rp656,4 miliar.
Sementara yang mengontribusi pendapatan usaha konsolidasi perusahaan sepanjang enam bulan pertama tahun ini adalah unit usaha jasa konstruksi yang membukukan pendapatan sebesar Rp1,56 triliun, naik 8,2% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp1,44 triliun.
Unit usaha konstruksi mencatat perolehan kontrak sekitar Rp1,83 triliun, sedangkan contract on hand sebesar Rp4,09 triliun, meningkat 23% dibanding semester I/2013 senilai Rp3,33 triliun.
Selain itu, unit usaha perhotelan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp297,8 miliar, naik 19,4% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp249,4 miliar.
(rna)