PNM Incar Pembiayaan Tahun Depan Rp3 T
A
A
A
JAKARTA - PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM pada tahun depan mengincar pertumbuhan outstanding pembiayaan sebesar 7,14% atau mencapai Rp3 triliun dari target akhir tahun ini Rp2,8 triliun.
Direktur Utama Permodalan Nasional Madani Parman Nataatmadja mengatakan, potensi dan prospek sektor usaha mikro kecil (UMK) di Indonesia masih sangat menjanjikan.
"Hal ini wajar karena sektor UKM di Indonesia memiliki potensi besar dan prospek yang kuat. Apalagi, sektor ini terbukti mampu bertahan, bahkan menjadi penyelamat ekonomi negara dari tekanan krisis," kata Parman usai menghadiri paparan publik Obligasi Berkelanjutan I PNM Tahun 2014 di Jakarta, Senin (17/11/2014).
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, kata Parman, tidak akan berdampak kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Pasalnya, dengan kenaikan BBM bersubsidi akan turut disertai kenaikan harga jual.
"Kami optimis pembiayaan tahun depan bisa mencapai Rp3 triliun dari target tahun ini Rp2,8 triliun. Kita sudah mengantisipasi inflasi dan kenaikan BBM, dampaknya akan terlihat tiga bulan kemudian. Kami akan melakukan penguatan operasional dari SDM dan IT," imbuhnya.
Sedangkan hingga akhir Oktober 2014, perseroan telah membukukan outstanding pembiayaan sebesar Rp2,6 triliun. Untuk non-performing loan (NPL) perseroan dalam 10 bulan pertama tahun ini masih di angka konservatif sebesar 3,75%.
Direktur Utama Permodalan Nasional Madani Parman Nataatmadja mengatakan, potensi dan prospek sektor usaha mikro kecil (UMK) di Indonesia masih sangat menjanjikan.
"Hal ini wajar karena sektor UKM di Indonesia memiliki potensi besar dan prospek yang kuat. Apalagi, sektor ini terbukti mampu bertahan, bahkan menjadi penyelamat ekonomi negara dari tekanan krisis," kata Parman usai menghadiri paparan publik Obligasi Berkelanjutan I PNM Tahun 2014 di Jakarta, Senin (17/11/2014).
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, kata Parman, tidak akan berdampak kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Pasalnya, dengan kenaikan BBM bersubsidi akan turut disertai kenaikan harga jual.
"Kami optimis pembiayaan tahun depan bisa mencapai Rp3 triliun dari target tahun ini Rp2,8 triliun. Kita sudah mengantisipasi inflasi dan kenaikan BBM, dampaknya akan terlihat tiga bulan kemudian. Kami akan melakukan penguatan operasional dari SDM dan IT," imbuhnya.
Sedangkan hingga akhir Oktober 2014, perseroan telah membukukan outstanding pembiayaan sebesar Rp2,6 triliun. Untuk non-performing loan (NPL) perseroan dalam 10 bulan pertama tahun ini masih di angka konservatif sebesar 3,75%.
(rna)