Defisit BBM Tetap Mengancam di Akhir Tahun
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (persero) menegaskan kendati harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi naik, namun kuota BBM bersubsidi tetap defisit di akhir tahun ini.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengaku kenaikan harga BBM bersubsidi memang akan mengubah pola konsumsi masyarakat, namun sesuai prognosa Pertamina, defisit BBM bersubsidi tetap mengancam di akhir tahun.
Sesuai prognosa Pertamina, jika tidak ada kenaikan harga BBM maka defisit sebesar 1,9 juta kiloliter (kl) dari kuota yang telah ditetapkan APBN 2014 sebesar 46 juta kl. Namun dengan adanya kenaikan harga BBM maka defisit BBM bisa ditekan menjadi 1,7 juta kl.
"Setelah kenaikan BBM, kuota BBM tetap defisit," kata Hanung di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Menurut Hanung, berkaca dari kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2011 hingga 2012 konsumsi BBM bersubsidi jenis premium turun 10,7%. Sedangkan kenaikan Juni tahun lalu, konsumsi BBM bersubsidi jenis premium hanya turun 3,7%, sedangkan untuk solar naik 4-6%.
"Jadi, kenaikan sangat ditentukan oleh konsumsi karena orang mulai berhemat, tidak banyak kendaraan," kata dia.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengaku kenaikan harga BBM bersubsidi memang akan mengubah pola konsumsi masyarakat, namun sesuai prognosa Pertamina, defisit BBM bersubsidi tetap mengancam di akhir tahun.
Sesuai prognosa Pertamina, jika tidak ada kenaikan harga BBM maka defisit sebesar 1,9 juta kiloliter (kl) dari kuota yang telah ditetapkan APBN 2014 sebesar 46 juta kl. Namun dengan adanya kenaikan harga BBM maka defisit BBM bisa ditekan menjadi 1,7 juta kl.
"Setelah kenaikan BBM, kuota BBM tetap defisit," kata Hanung di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Menurut Hanung, berkaca dari kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2011 hingga 2012 konsumsi BBM bersubsidi jenis premium turun 10,7%. Sedangkan kenaikan Juni tahun lalu, konsumsi BBM bersubsidi jenis premium hanya turun 3,7%, sedangkan untuk solar naik 4-6%.
"Jadi, kenaikan sangat ditentukan oleh konsumsi karena orang mulai berhemat, tidak banyak kendaraan," kata dia.
(rna)