Developer Australia Bidik Pasar Bandung
A
A
A
BANDUNG - Crown International Holdings Group, developer asal Australia, berniat mengembangkan bisnisnya di Bandung, Jawa Barat (Jabar).
CEO Crown International Holdings Group Iwan Sunito mengatakan, ketertarikannya untuk membuka pasar di Bandung. Menurutnya, Bandung punya potensi ekonomi yang besar dan kapasitas pembelian di Bandung pun tergolong menunjang.
"Kami akan membangun sebuah kawasan properti mulai dari apartemen, shopping center retail, dan convention center," ujarnya, Jumat (28/11/2014).
Pembangunan tersebut sebagai perwujudan keinginannya memberikan kontribusi kepada tanah kelahirannya setelah 18 tahun malang melintang di negeri kangguru.
Untuk tahap awal, pihaknya menjadikan Jakarta sebagai main target yang selanjutnya Surabaya. Di Jakarta, pihaknya menyepakati kerja sama dengan perusahaan swasta untuk membangun proyek kombinasi antara apartemen, ritel, dan convention center.
"Rencananya, pembangunan tersebut akan dilakukan di atas lahan seluas 10 hektare," sebutnya.
Dalam pembangunan kawasan tersebut, pihaknya melakukan joint venture. Namun, perusahaan yang diajak kerja sama belum dapat disebutkan. Dia berjanji untuk menjelaskan lebih rinci pada tahun depan.
Sebelum ekspansi, pihaknya telah membuka kantor cabang di Indonesia sejak 2013. Cara ini membuat proses ekspansi lebih mudah.
Menurutnya, keberadaan kantor cabang memudahkannya untuk berjualan sambil mencari lahan yang cocok untuk dibangun.
Menyinggung respon pasar di Indonesia, dia mengatakan, reaksi pasar di Indonesia tergolong positif. Terlihat pada tercapainya angka penjualan hanya dalam waktu satu jam.
"Proyeksi penjualan kami selama 2014 yaitu Rp350 miliar. Itu kami capai dalam waktu satu jam. Secara global, yaitu di Australia, Singapura, dan Indonesia, kami mencapai proyeksi penjualan senilai Rp1,47 triliun," terangnya.
Tahun depan, secara keseluruhan pihaknya siap menggulirkan proyek pembangunan properti bernilai raksasa senilai USD35 juta.
Dia menyebutkan, masih terdapat berbagai kendala di sektor properti di Indonesia seperti soal kepastian pemilikan lahan. Masalah lahan tidak hanya terjadi pada bisnis properti, tetapi juga sektor lain seperti infrastruktur, industri manufaktur, dan lainnya.
"Meskipun begitu, kami optimis di era pemerintah baru segala kendala itu dapat teratasi," pungkasnya.
CEO Crown International Holdings Group Iwan Sunito mengatakan, ketertarikannya untuk membuka pasar di Bandung. Menurutnya, Bandung punya potensi ekonomi yang besar dan kapasitas pembelian di Bandung pun tergolong menunjang.
"Kami akan membangun sebuah kawasan properti mulai dari apartemen, shopping center retail, dan convention center," ujarnya, Jumat (28/11/2014).
Pembangunan tersebut sebagai perwujudan keinginannya memberikan kontribusi kepada tanah kelahirannya setelah 18 tahun malang melintang di negeri kangguru.
Untuk tahap awal, pihaknya menjadikan Jakarta sebagai main target yang selanjutnya Surabaya. Di Jakarta, pihaknya menyepakati kerja sama dengan perusahaan swasta untuk membangun proyek kombinasi antara apartemen, ritel, dan convention center.
"Rencananya, pembangunan tersebut akan dilakukan di atas lahan seluas 10 hektare," sebutnya.
Dalam pembangunan kawasan tersebut, pihaknya melakukan joint venture. Namun, perusahaan yang diajak kerja sama belum dapat disebutkan. Dia berjanji untuk menjelaskan lebih rinci pada tahun depan.
Sebelum ekspansi, pihaknya telah membuka kantor cabang di Indonesia sejak 2013. Cara ini membuat proses ekspansi lebih mudah.
Menurutnya, keberadaan kantor cabang memudahkannya untuk berjualan sambil mencari lahan yang cocok untuk dibangun.
Menyinggung respon pasar di Indonesia, dia mengatakan, reaksi pasar di Indonesia tergolong positif. Terlihat pada tercapainya angka penjualan hanya dalam waktu satu jam.
"Proyeksi penjualan kami selama 2014 yaitu Rp350 miliar. Itu kami capai dalam waktu satu jam. Secara global, yaitu di Australia, Singapura, dan Indonesia, kami mencapai proyeksi penjualan senilai Rp1,47 triliun," terangnya.
Tahun depan, secara keseluruhan pihaknya siap menggulirkan proyek pembangunan properti bernilai raksasa senilai USD35 juta.
Dia menyebutkan, masih terdapat berbagai kendala di sektor properti di Indonesia seperti soal kepastian pemilikan lahan. Masalah lahan tidak hanya terjadi pada bisnis properti, tetapi juga sektor lain seperti infrastruktur, industri manufaktur, dan lainnya.
"Meskipun begitu, kami optimis di era pemerintah baru segala kendala itu dapat teratasi," pungkasnya.
(izz)