Pelemahan Rupiah Fenomena Global yang Reaktif
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Ekonomi David Sumual mengatakan, saat ini dunia sedang mengalami fenomena global yang reaktif. Aksi reaktif tersebut karena ekonomi Amerika Serikat (AS) yang sedang menguat.
Akibatnya, nilai tukar mata uang dunia yang mengalami floating penurunan secara drastis termasuk rupiah. Bahkan David pun sulit memprediksi nilai rupiah untuk akhir tahun.
"Ini fenomena global yang makin reaktif sekali yang dialami pasar. Indeks manufaktur Amerika Serikat saat ini naik 1,3%. Ini makin menguatkan bahwa AS akan mengubah kebijakan suku bunga mereka lewat meeting Fed Amerika besok," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Penguatan USD ini bergejolak juga di market. Sehingga, sebagian besar orang lari ke market dolar. Sementara nilai mata uang negara-negara maju mulai terpuruk.
"Saat ini, Yen masih lemah. Ini yang paling lemah selama tujuh tahun terakhir ini. Kemudian Euro juga melemah dan ini pelemahan paling drastis selama dua tahun terakhir," terang dia.
Berbanding terbalik dengan itu, di saat semua mata uang melemah, justru Yuan yang sampai saat ini masih di garis stabil.
"Yuan saya lihat masih stabil sekali pergerakannya. Berbeda dengan mata uang yang lain. Mungkin karena ekonomi negara China yang juga stabil," pungkas David.
(Baca: Makin Loyo, Rupiah Dibuka Tembus Rp12.900/USD)
Akibatnya, nilai tukar mata uang dunia yang mengalami floating penurunan secara drastis termasuk rupiah. Bahkan David pun sulit memprediksi nilai rupiah untuk akhir tahun.
"Ini fenomena global yang makin reaktif sekali yang dialami pasar. Indeks manufaktur Amerika Serikat saat ini naik 1,3%. Ini makin menguatkan bahwa AS akan mengubah kebijakan suku bunga mereka lewat meeting Fed Amerika besok," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Penguatan USD ini bergejolak juga di market. Sehingga, sebagian besar orang lari ke market dolar. Sementara nilai mata uang negara-negara maju mulai terpuruk.
"Saat ini, Yen masih lemah. Ini yang paling lemah selama tujuh tahun terakhir ini. Kemudian Euro juga melemah dan ini pelemahan paling drastis selama dua tahun terakhir," terang dia.
Berbanding terbalik dengan itu, di saat semua mata uang melemah, justru Yuan yang sampai saat ini masih di garis stabil.
"Yuan saya lihat masih stabil sekali pergerakannya. Berbeda dengan mata uang yang lain. Mungkin karena ekonomi negara China yang juga stabil," pungkas David.
(Baca: Makin Loyo, Rupiah Dibuka Tembus Rp12.900/USD)
(izz)