Agus Marto Ajukan Asumsi Rupiah di APBN-P 2015
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo akan mengubah asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) dalam RAPBN-P 2015.
Agus memberikan usulan, nilai tukar rupiah berkisar di Rp12.200-Rp12.800 per USD sepanjang 2015. Namun, dia menyadari bahwa tantangan Indonesia ke depan masih berat terhadap pelemahan kurs rupiah.
"Kita mengusulkan, untuk range-nya di Rp12.200-Rp12.800 per USD, itu rata-rata sepanjang 2015. Nilai itu, memberikan satu indikasi bahwa perkembangan eksternal perlu sangat diwaspadai. Kita belum bisa antisipasi dengan lengkap dampak perbaikan ekonomi Amerika, membuat nilai tukar di Amerika menguat," jelasnya di DPR, Jakarta, Senin (19/1/2015).
Menurutnya, nilai mata uang AS sepanjang tahun ini akan menguat dan memberi apresiasi pada mata uang lainnya, termasuk rupiah. Selain itu, kondisi pelemahan ekonomi China dan Eropa juga akan membuat nilai tukar Indonesia melemah.
"Mata uang Amerika akan menguat dari mata uang lain. Sedangkan ekonomi Eropa dan Jepang mengalami kemunduran. Bagi beberapa mata uang seperti rupiah akan terapresiasi. Jadi kita harus antisipasi eksternal, potensi kenaikan bunga di Indonesia," tutur dia.
Selain itu, proyeksi ke depan pelemahan nilai tukar rupiah juga berpotensi masih akan terjadi, karena permintaan komoditi Indonesia di China dan Eropa menurun. Hal ini tidak lepas dari melemahnya perekonomian negara tersebut.
"Penurunan ekonomi China jadi 7,2%. Permintaan komoditi menurun langsung membuat harga komoditi menjadi lemah. Itu yang jadi asumsi kita menyusun, diperoleh postur anggaran nilai tukar itu," pungkas Agus.
Agus memberikan usulan, nilai tukar rupiah berkisar di Rp12.200-Rp12.800 per USD sepanjang 2015. Namun, dia menyadari bahwa tantangan Indonesia ke depan masih berat terhadap pelemahan kurs rupiah.
"Kita mengusulkan, untuk range-nya di Rp12.200-Rp12.800 per USD, itu rata-rata sepanjang 2015. Nilai itu, memberikan satu indikasi bahwa perkembangan eksternal perlu sangat diwaspadai. Kita belum bisa antisipasi dengan lengkap dampak perbaikan ekonomi Amerika, membuat nilai tukar di Amerika menguat," jelasnya di DPR, Jakarta, Senin (19/1/2015).
Menurutnya, nilai mata uang AS sepanjang tahun ini akan menguat dan memberi apresiasi pada mata uang lainnya, termasuk rupiah. Selain itu, kondisi pelemahan ekonomi China dan Eropa juga akan membuat nilai tukar Indonesia melemah.
"Mata uang Amerika akan menguat dari mata uang lain. Sedangkan ekonomi Eropa dan Jepang mengalami kemunduran. Bagi beberapa mata uang seperti rupiah akan terapresiasi. Jadi kita harus antisipasi eksternal, potensi kenaikan bunga di Indonesia," tutur dia.
Selain itu, proyeksi ke depan pelemahan nilai tukar rupiah juga berpotensi masih akan terjadi, karena permintaan komoditi Indonesia di China dan Eropa menurun. Hal ini tidak lepas dari melemahnya perekonomian negara tersebut.
"Penurunan ekonomi China jadi 7,2%. Permintaan komoditi menurun langsung membuat harga komoditi menjadi lemah. Itu yang jadi asumsi kita menyusun, diperoleh postur anggaran nilai tukar itu," pungkas Agus.
(izz)