Mendag Khawatirkan Perdagangan Pakaian Bekas
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengkhawatirkan perdagangan pakaian bekas yang semakin marak di beberapa pasar atau di situs belanja online.
Menurutnya, pakaian bekas ini disinyalir sebagai sumber penyakit menular seperti penyakit kulit, kelamin dan beberapa penyakit menular lainnya.
"Pakaian bekas yang sudah banyak beredar di pasar dan diperjualbelikan itu, sedang dicek di lab kemendag. Itu membawa banyak penyakit yang belum terangkat. Ini yang penting untuk dihentikan," ujarnya di Kemendagri, Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Dia mengatakan, para pedagang besar menggunakan usaha kecil untuk jadi pagar mereka, bukan untuk kepentingan nasional melainkan kepentingan konsumen Indonesia.
"Di sini peran kita untuk sama-sama mengamankan pasar. Jangan sampai malah nanti tanggal 1 Januari 2016, produksi pasar Indonesia dimanfaatkan produk luar dengan menggunakan nama rakyat. Karena enggak sedikit orang yang berbicara atas nama rakyat dan usaha kecil," kata Rachmat.
Pakaian-pakaian bekas tersebut, lanjut dia, masuk ke Indonesia melalui perdagangan impor ilegal yang kualitasnya jelek bahkan ada yang palsu.
"Kalau kita lihat, produk impor yang masuk di Indonesia itu 40% barang palsu dan berkualitas rendah. Sebetulnya merugikan mereka semua. Harus ada yang konkret dalam rangka penguatan pasar domestik kita," tandasnya.
Menurutnya, pakaian bekas ini disinyalir sebagai sumber penyakit menular seperti penyakit kulit, kelamin dan beberapa penyakit menular lainnya.
"Pakaian bekas yang sudah banyak beredar di pasar dan diperjualbelikan itu, sedang dicek di lab kemendag. Itu membawa banyak penyakit yang belum terangkat. Ini yang penting untuk dihentikan," ujarnya di Kemendagri, Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Dia mengatakan, para pedagang besar menggunakan usaha kecil untuk jadi pagar mereka, bukan untuk kepentingan nasional melainkan kepentingan konsumen Indonesia.
"Di sini peran kita untuk sama-sama mengamankan pasar. Jangan sampai malah nanti tanggal 1 Januari 2016, produksi pasar Indonesia dimanfaatkan produk luar dengan menggunakan nama rakyat. Karena enggak sedikit orang yang berbicara atas nama rakyat dan usaha kecil," kata Rachmat.
Pakaian-pakaian bekas tersebut, lanjut dia, masuk ke Indonesia melalui perdagangan impor ilegal yang kualitasnya jelek bahkan ada yang palsu.
"Kalau kita lihat, produk impor yang masuk di Indonesia itu 40% barang palsu dan berkualitas rendah. Sebetulnya merugikan mereka semua. Harus ada yang konkret dalam rangka penguatan pasar domestik kita," tandasnya.
(izz)