Tender Kilang Bontang Ditargetkan Rampung September

Minggu, 08 Maret 2015 - 16:53 WIB
Tender Kilang Bontang Ditargetkan Rampung September
Tender Kilang Bontang Ditargetkan Rampung September
A A A
JAKARTA - Pemerintah menargetkan tender pembangunan kilang Bontang, Kalimantan Timur tuntas pada Agustus-September tahun ini. Saat ini masih dalam tahap seleksi.

"Banyak yang mendaftar. Sekarang dalam tahap seleksi mana yang kira-kira siap. Harapannya Agustus-September sudah ditetapkan pemenangnya," ungkap Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), I Gusti Nyoman Wiratmadja di Jakarta, Minggu (8/3/2015).

Menurutnya, selain membangun kilang peserta tender juga berkewajiban membangun pabrik petrokimia. Pemerintah, memberikan fasilitas berupa lahan seluas 700 hektar (ha) untuk membangun kilang BBM dan pabrik petrokimia. "Penyediaan lahan seluas itu cukup untuk membangun kilang dan pabrik Petrokimia," jelasnya.

Dia mengatakan, proses tender segera diakselerasikan agar cepat melakukan groundbreaking. "Terkait konsep design dan basic design selesai dalam waktu enam bulan," jelasnya.

Di sisi skema pembangunan kilang memakai kerja sama pemerintah swasta (KPS). Pemerintah, kata dia, akan menggunakan sarana dan prasarana yang telah ada guna mendukung terealisasinya Kilang Bontang.

"Semisal pembangkit listrik, di sana kan sudah ada. Boiler spin generation sudah ada. Itu yang akan kita gunakan," terang Wiratmadja.

Direktur ReforMiners Institute Pri Agung Rakhmanto meminta Presiden Joko Widodo mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) untuk mensukseskan terbangunnya Kilang Bontang. Hal itu dirasa penting untuk mewujudkan ketahanan energi nasional.

Dia menegaskan, pembangunan kilang harus dijadikan program resmi pemerintah. Alhasil perlu kejelasan siapa yang tanggung jawab dan kapan pemerintah benar-benar mampu merealisasikannya.

"Jika perlu harus dikeluarkan instruksi presiden atau dimasukkan ke dalam Undang-Undang APBN," tandasnya.

Data Direktorat Minyak dan Gas Kementerian ESDM menyebut kapasitas kilang nasional saat ini mencapai 1,1 juta barel per hari (bph). Sedangkan produksi minyak nasional yang diolah kilang BBM di dalam negeri hanya sekitar 649.000 bph.

Sementara, kebutuhan BBM nasional mencapai 1,25 juta bph. Artinya terjadi defisit 608.000 bph. Pemerintah memperkirakan butuh 2 kilang BBM baru yang masing-masing berkapasitas 300.000 bph.

Kilang di Indonesia saat ini dimiliki PT Pertamina (Persero), yakni kilang Dumai, Sungai Pakning, Plaju, Cepu, Balikpapan, Kasim, Cilacap dan Balangon. Di luar itu ada kilang milik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama dan kilang PT Tri Wahana Universal.

Menanggapi defisit, Direktur Pengelolaan Pertamina Rahmad Hartadi mengatakan, pemerintah melalui Pertamina juga melakukan revitalisasi terhadap kilang-kilang yang ada. Selain meningkatkan kapasitas produksi, kemampuan pengolahan lima kilang Pertamina juga diperbaharui melalui Refining Development Master Plan Program (RDMP).

Saat ini, program pengembangan kilang telah masuk tahap feasibility study (FS) kemudian dilanjutkan dengan kesepakatan perjanjian final dengan mitra. "Dengan adanya RDMP akan menutup defisit konsumsi BBM," ungkapnya.

Berdasarkan data Pertamina peningkatan kemampuan lima kilang, di antaranya Kilang Balongan, Cilacap, Balikpapan, Dumai, dan Plaju. Pertamina melalui RDMP akan meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah dari saat ini sebesar 820.000 bph menjadi 1,68 juta bph.

Selain itu, kemampuan pengolahan kilang yang sebelumnya didominasi untuk memproduksi RON 88 atau jenis premium ditingkatkan untuk bisa mengolah BBM dengan RON 92 atau jenis pertamax.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5211 seconds (0.1#10.140)