Masih Bulan Madu, Rupiah Era Jokowi Seharusnya Perkasa
A
A
A
JAKARTA - Ekonom senior Didik J Rachbini menigungkapkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seharusnya mampu menguat. Pasalnya, masa jabatannya belum genap satu semester dan masih dalam masa 'bulan madu'.
Dia mengatakan, harapan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi masih besar. Mulai dari iklim usaha hingga masalah demokrasi yang diekspektasikan masih dalam kondisi yang cukup baik.
"Mestinya rupiah pada masa Jokowi ini bertahan, bahkan mungkin bisa kuat. Mengapa? Karena pertama kita bulan madu, harapan bisnis, ekspektasi, demokrasi yang bagus," ucapnya di Menara Kadin, Jakarta, Jumat (13/2/2015).
Selain itu, sambung Didik, reformasi subsidi yang dilakukan pemerintah membuat impor bahan bakar minyak (BBM) yang sebelumnya gencar dilakukan, menjadi lebih seimbang. Reformasi subsidi pun membuat ruang fiskal pemerintah menjadi lebih besar.
Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD yang cenderung signifikan ini disebabkan pemerintah yang meremehkan pelemahan nilai tukar yang terjadi.
"Tapi mengapa ini masih goyang terus, karena pemerintah sangat meremehkan. Jadi enggak boleh meremehkan nilai tukar. Juga menyatakan bahwa nilai rupiah melemah, pemerintah untung. Jangan mengatakan begitu. Ada satu masalah untung, tapi yang lain rugi semua," tandas dia.
(Baca: Pemerintah Terlalu Santai Hadapi Pelemahan Rupiah).
Dia mengatakan, harapan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi masih besar. Mulai dari iklim usaha hingga masalah demokrasi yang diekspektasikan masih dalam kondisi yang cukup baik.
"Mestinya rupiah pada masa Jokowi ini bertahan, bahkan mungkin bisa kuat. Mengapa? Karena pertama kita bulan madu, harapan bisnis, ekspektasi, demokrasi yang bagus," ucapnya di Menara Kadin, Jakarta, Jumat (13/2/2015).
Selain itu, sambung Didik, reformasi subsidi yang dilakukan pemerintah membuat impor bahan bakar minyak (BBM) yang sebelumnya gencar dilakukan, menjadi lebih seimbang. Reformasi subsidi pun membuat ruang fiskal pemerintah menjadi lebih besar.
Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD yang cenderung signifikan ini disebabkan pemerintah yang meremehkan pelemahan nilai tukar yang terjadi.
"Tapi mengapa ini masih goyang terus, karena pemerintah sangat meremehkan. Jadi enggak boleh meremehkan nilai tukar. Juga menyatakan bahwa nilai rupiah melemah, pemerintah untung. Jangan mengatakan begitu. Ada satu masalah untung, tapi yang lain rugi semua," tandas dia.
(Baca: Pemerintah Terlalu Santai Hadapi Pelemahan Rupiah).
(izz)