Listrik Jakarta Terancam Padam, Ada Pelabuhan Pesanan Asing

Minggu, 29 Maret 2015 - 15:09 WIB
Listrik Jakarta Terancam...
Listrik Jakarta Terancam Padam, Ada Pelabuhan Pesanan Asing
A A A
Sebuah kabar cukup mengawatirkan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, bila benar terjadi. Wilayah Jakarta dan sekitarnya terancam gelap gulita jika pemerintah tetap memaksa membangun Pelabuhan Cilamaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pasalnya, pembangunan akan menghentikan pasokan gas dari Blok Offshore North West Java (ONWJ) yang menjadi bahan bakar pembangkit listrik di DKI Jakarta.

"Gas terhenti dan listrik padam di sepertiga wilayah Jakarta," kata Gusti Nyoman Wiraatmadja selaku Plt Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (29/3/2015)

Selain aliran listrik di DKI Jakarta terancam padam, ujarnya, pembangunan pelabuhan juga akan menyetop produksi Pupuk Kujang yang per tahunnya mencapai 600 ribu ton, serta berbagai industri lainnya yang memanfaatkan gas dan minyak (migas) dari ONWJ.

Hal tersebut terjadi, karena terpaksa harus memotong dan merelokasi atau modifikasi pipa-pipa gas, sehingga harus menghentikan produksi. Pengerjaan itu membutuhkan waktu minimal dua bulan.

"Jadi, rekomendasi kami, lokasi pelabuhan dipindah ke tempat lain supaya tidak overlap dengan produksi migas," katanya.

Sedangkan Ketua Komisi VII DPR RI, Satya W Yudha, juga menegaskan, sulit rasanya produksi migas ONWJ akan berdampingan dengan pelabuhan, mengingat keselamatan merupakan faktor utama di sekor migas. Ada 250 lebih platform (anjungan minyak lepas pantai) rawan tertabrak kapal yang risikonya sangat berbahaya dan fatal.

"Industri strategis (migas ONWJ) yang sudah diinstruksikan Presiden merupakan obyek vital nasional itu dilindungi. ONWJ sudah produksi dari 1971. Ketika itu belum terpikirkan membuat pelabuhan di Cilamaya. Rencana pelabuhan tinggal kita geser ke Cirebon atau ke area yang bebas dari industri migas. Kenapa nggak ditujukan ke sana saja?" kata Yudha.

Terlebih, kata Satya, mencari ladang migas sangat sulit dan membutuhkan investasi yang sangat besar. Sangat naif jika ladang yang sudah berproduksi dengan cadangan yang masih besar, malah terganggu, bahkan terhenti akibat pembangunan Pelabuhan Cilamaya.
(dol)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0862 seconds (0.1#10.140)