BBM Pertalite Dinilai Akan Sia-sia
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Komite Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin menilai, BBM baru pertalite hanya akan sia-sia karena tidak sesuai dengan engine technology. Sementara, engine technology memerlukan nomor oktan minimal RON 91/92.
Menurutnya, wacana pencampuran premium dengan pertamax ini sebenarnya sudah cukup lama bergaung. Dia menjelaskan, seharusnya premium 88 dihapus saja, karena harga BBM RON 95 dengan sulfur content max 50 ppm (BBM kategori 4 menurut WWFC atau untuk kendaraan standard Euro 4) di spot bursa minyak Singapore pada kisaran USD60 sen per liter atau Rp7.500 per liter.
"Jika ditambah alpha untuk Pertamina, PPN 10% dan pajak BBM harga pada Rp9.375 per liter, atau kalau agak murah harga pada kisaran Rp8.000 per liter sekelas pertamax saja diproduksi," katanya, Jumat (17/4/2015).
Dia mengatakan, kengototan untuk memproduksi BBM di bawah standar engine technology seperti pertalite dengan kadar belerang di atas 50 ppm atau solar dengan oktan di bawah 51 ppm kadar belerang di atas 50 ppm hanya akan merugikan industri automotif.
Pasalnya, tidak bisa memasarkan automotif standard yang lebih baik yang saat ini diminati konsumen global termasuk Indonesia.
"Thailand, Malaysia dan Vietnam saja sudah tidak lagi menggunakan RON di bawah 91 karena tuntutan engine technology memang demikian karena ketiga negara tersebut telah mengadopsi Teknologi Kendaraan Euro 4. Keterlambatan adopsi teknologi Standar Euro 4 seperti ini akan menutup market auto industry di Indonesia sehingga celah pasar advance tech ini akan diambil oleh auto industry," kata dia.
(Baca: Premium Akan Diganti BBM Jenis Baru Pertalite)
Menurutnya, wacana pencampuran premium dengan pertamax ini sebenarnya sudah cukup lama bergaung. Dia menjelaskan, seharusnya premium 88 dihapus saja, karena harga BBM RON 95 dengan sulfur content max 50 ppm (BBM kategori 4 menurut WWFC atau untuk kendaraan standard Euro 4) di spot bursa minyak Singapore pada kisaran USD60 sen per liter atau Rp7.500 per liter.
"Jika ditambah alpha untuk Pertamina, PPN 10% dan pajak BBM harga pada Rp9.375 per liter, atau kalau agak murah harga pada kisaran Rp8.000 per liter sekelas pertamax saja diproduksi," katanya, Jumat (17/4/2015).
Dia mengatakan, kengototan untuk memproduksi BBM di bawah standar engine technology seperti pertalite dengan kadar belerang di atas 50 ppm atau solar dengan oktan di bawah 51 ppm kadar belerang di atas 50 ppm hanya akan merugikan industri automotif.
Pasalnya, tidak bisa memasarkan automotif standard yang lebih baik yang saat ini diminati konsumen global termasuk Indonesia.
"Thailand, Malaysia dan Vietnam saja sudah tidak lagi menggunakan RON di bawah 91 karena tuntutan engine technology memang demikian karena ketiga negara tersebut telah mengadopsi Teknologi Kendaraan Euro 4. Keterlambatan adopsi teknologi Standar Euro 4 seperti ini akan menutup market auto industry di Indonesia sehingga celah pasar advance tech ini akan diambil oleh auto industry," kata dia.
(Baca: Premium Akan Diganti BBM Jenis Baru Pertalite)
(izz)