Bagaimana Nasib BBM Premium, Menteri ESDM: Secara Alami Tergantikan Oleh Pertalite
loading...
A
A
A
JAKARTA - Angkat bicara soal isu penghapusan Bahan Bakar Minyak atau BBM Premium, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah sejauh ini belum akan menarik BBM RON88 tersebut dan masih menjualnya di pasaran. Ia juga menerangkan, saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai menggunakan BBMyang lebih ramah lingkungan .
" Premium itu kalau di Jawa hanya 0,3%. Saya rasa ini alami dan akan terganti oleh Pertalite. Masyarakat sendiri yang memutuskan," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers, Rabu (12/1/2022).
Adapun, pemerintah tengah merumuskan formula kompensasi terhadap Premium untuk campuran Pertalite. Pertalite sendiri memang dibuat dari campuran Premium dan Pertamax.
"Nah, kalau yang Pertamax kan itu harga saat ini tidak subsidi. Tapi dengan harga minyak yang tinggi, ongkos produksinya tidak cukup. Ini sedang dirumuskan," katanya.
Lebih lanjut Menteri ESDM mengungkapkan, saat ini Pertamina juga dengan gencar melakukan sosialisasi penggunaan BBM yang ramah lingkungan. Lalu, kilang-kilang minyaknya juga dimodernisasi sesuai dengan standar EURO 4.
"Kalau negara lain sekarang sudah masuk EURO 5," paparnya.
Mengutip data BPH Migas, konsumsi Premium hingga Oktober 2021 mencapai 3.415.193 kilo liter (KL) atau baru 34,15% dari alokasi tahun 2021 yang sebesar 10 juta KL. Diproyeksikan serapan Premium hingga tutup tahun ini mencapai 3.415.440 KL. Sedangkan untuk Solar, serapannya mencapai 14,1 juta KL atau setara 98,32 % hingga November 2021.
Sementara itu, menurut data Kementerian ESDM, penyerapan Premium juga menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Pada 2014 konsumsi Premium tercatat mencapai 29,7 juta KL, kemudian turun menjadi 28,1 juta KL pada 2015 dan 21,6 juta KL pada 2016. Angka ini terus melandai ke 12,4 juta KL pada 2017 dan 10,7 juta KL pada 2018.
Konsumsi Premium sempat naik menjadi 11,6 juta KL pada 2019 namun seiring datangnya pandemi Covid-19 kembali turun menjadi 8,6 juta KL pada 2020 dan diproyeksikan hanya 3,4 juta pada 2021.
" Premium itu kalau di Jawa hanya 0,3%. Saya rasa ini alami dan akan terganti oleh Pertalite. Masyarakat sendiri yang memutuskan," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers, Rabu (12/1/2022).
Adapun, pemerintah tengah merumuskan formula kompensasi terhadap Premium untuk campuran Pertalite. Pertalite sendiri memang dibuat dari campuran Premium dan Pertamax.
"Nah, kalau yang Pertamax kan itu harga saat ini tidak subsidi. Tapi dengan harga minyak yang tinggi, ongkos produksinya tidak cukup. Ini sedang dirumuskan," katanya.
Lebih lanjut Menteri ESDM mengungkapkan, saat ini Pertamina juga dengan gencar melakukan sosialisasi penggunaan BBM yang ramah lingkungan. Lalu, kilang-kilang minyaknya juga dimodernisasi sesuai dengan standar EURO 4.
"Kalau negara lain sekarang sudah masuk EURO 5," paparnya.
Mengutip data BPH Migas, konsumsi Premium hingga Oktober 2021 mencapai 3.415.193 kilo liter (KL) atau baru 34,15% dari alokasi tahun 2021 yang sebesar 10 juta KL. Diproyeksikan serapan Premium hingga tutup tahun ini mencapai 3.415.440 KL. Sedangkan untuk Solar, serapannya mencapai 14,1 juta KL atau setara 98,32 % hingga November 2021.
Sementara itu, menurut data Kementerian ESDM, penyerapan Premium juga menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Pada 2014 konsumsi Premium tercatat mencapai 29,7 juta KL, kemudian turun menjadi 28,1 juta KL pada 2015 dan 21,6 juta KL pada 2016. Angka ini terus melandai ke 12,4 juta KL pada 2017 dan 10,7 juta KL pada 2018.
Konsumsi Premium sempat naik menjadi 11,6 juta KL pada 2019 namun seiring datangnya pandemi Covid-19 kembali turun menjadi 8,6 juta KL pada 2020 dan diproyeksikan hanya 3,4 juta pada 2021.
(akr)