Laba Bersih Astra International Merosot 16%
A
A
A
JAKARTA - PT Astra International Tbk (ASII) pada kuartal I/2015 membukukan penurunan laba bersih sebesar Rp3,99 triliun atau merosot 16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,73 triliun.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan, penurunan kinerja bisnis perseroan terutama disebabkan oleh menurunnya kontribusi dari divisi automotif dan agribisnis.
Pendapatan bersih konsolidasian Astra pada kuartal I tahun 2015 sebesar Rp45,2 triliun, menurun 9% dibandingkan kuartal I/2014, terutama disebabkan oleh penurunan penjualan automotif, agribisnis dan alat berat.
"Walaupun kami menghadapi tantangan akibat penurunan pertumbuhan ekonomi, tertekannya pasar komoditas dan meningkatnya persaingan di sektor kendaraan roda empat, bisnis Astra tetap di posisi terdepan sebagai pilihan konsumen didukung oleh neraca keuangan yang kuat," kata Prijono dalam rilisnya di Jakarta, Senin (27/4/2015).
Menurut dia, penurunan laba bersih konsolidasian yang mencapai 16% menjadi Rp4 triliun mencerminkan penurunan kontribusi dari divisi agribisnis sebesar 80% disebabkan oleh rendahnya harga CPO, dan penurunan dari divisi automotif sebesar 21%.
Sebagian penurunan tersebut diimbangi oleh kenaikan divisi teknologi informasi sebesar 42%, peningkatan 21% dari divisi jasa keuangan dan peningkatan 3% dari divisi alat berat dan pertambangan.
Meski demikian, nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp2.476 pada 31 Maret 2015, meningkat 5% dibandingkan dengan akhir tahun 2014. Sementara laba bersih per saham turun 16% menjadi Rp99 dibandingkan kuartal I/2014 sebesar Rp117.
"Secara keseluruhan posisi kas bersih Astra, tidak termasuk anak-anak perusahaan divisi jasa keuangan mencapai Rp1,3 triliun, dibandingkan dengan utang bersih sebesar Rp3,3 triliun pada akhir tahun 2014," paparnya.
Dia menambahkan, bisnis jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp45,5 triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2014 sebesar Rp45,9 triliun.
Dari enam lini bisnis Group Astra, yaitu automotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya, serta teknologi informasi, empat diantaranya mengalami penurunan laba bersih pada tiga bulan pertama tahun ini.
"Walaupun kami menghadapi tantangan akibat penurunan pertumbuhan ekonomi, tertekannya pasar komoditas dan meningkatnya persaingan di sektor kendaraan roda empat, bisnis Astra tetap di posisi terdepan sebagai pilihan konsumen, didukung oleh neraca keuangan yang kuat," pungkasnya.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan, penurunan kinerja bisnis perseroan terutama disebabkan oleh menurunnya kontribusi dari divisi automotif dan agribisnis.
Pendapatan bersih konsolidasian Astra pada kuartal I tahun 2015 sebesar Rp45,2 triliun, menurun 9% dibandingkan kuartal I/2014, terutama disebabkan oleh penurunan penjualan automotif, agribisnis dan alat berat.
"Walaupun kami menghadapi tantangan akibat penurunan pertumbuhan ekonomi, tertekannya pasar komoditas dan meningkatnya persaingan di sektor kendaraan roda empat, bisnis Astra tetap di posisi terdepan sebagai pilihan konsumen didukung oleh neraca keuangan yang kuat," kata Prijono dalam rilisnya di Jakarta, Senin (27/4/2015).
Menurut dia, penurunan laba bersih konsolidasian yang mencapai 16% menjadi Rp4 triliun mencerminkan penurunan kontribusi dari divisi agribisnis sebesar 80% disebabkan oleh rendahnya harga CPO, dan penurunan dari divisi automotif sebesar 21%.
Sebagian penurunan tersebut diimbangi oleh kenaikan divisi teknologi informasi sebesar 42%, peningkatan 21% dari divisi jasa keuangan dan peningkatan 3% dari divisi alat berat dan pertambangan.
Meski demikian, nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp2.476 pada 31 Maret 2015, meningkat 5% dibandingkan dengan akhir tahun 2014. Sementara laba bersih per saham turun 16% menjadi Rp99 dibandingkan kuartal I/2014 sebesar Rp117.
"Secara keseluruhan posisi kas bersih Astra, tidak termasuk anak-anak perusahaan divisi jasa keuangan mencapai Rp1,3 triliun, dibandingkan dengan utang bersih sebesar Rp3,3 triliun pada akhir tahun 2014," paparnya.
Dia menambahkan, bisnis jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp45,5 triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2014 sebesar Rp45,9 triliun.
Dari enam lini bisnis Group Astra, yaitu automotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya, serta teknologi informasi, empat diantaranya mengalami penurunan laba bersih pada tiga bulan pertama tahun ini.
"Walaupun kami menghadapi tantangan akibat penurunan pertumbuhan ekonomi, tertekannya pasar komoditas dan meningkatnya persaingan di sektor kendaraan roda empat, bisnis Astra tetap di posisi terdepan sebagai pilihan konsumen, didukung oleh neraca keuangan yang kuat," pungkasnya.
(rna)