Minyak Olahan Rusia Terdampar di Laut, Sanksi Barat Mulai Bekerja?
Selasa, 21 Maret 2023 - 09:39 WIB
SUDAN - Ekspor produk olahan minyak Rusia berjuang keras untuk sampai ke pembeli, dimana kargo diesel Moskow menumpuk pada sejumlah perairan di seluruh dunia. Kapal Adamas I yang membawa bahan bakar jenis diesel Rusia pada akhir Januari, telah terombang-ambing di lepas pantai Sudan selama lebih dari 20 hari.
Hal itu dilaporkan Bloomberg mengutip data Vortexa. Sementara itu kapal lainnya harus menunggu di dekat pantai Ghana selama lebih dari seminggu sebelum menurunkan kargo serupa, kata laporan tersebut.
Bahan bakar Rusia telah dimasukkan ke dalam penyimpanan terapung karena kurangnya pembeli, dengan sebanyak 1,9 juta barel dieselnya terdampar di laut. Penumpukan itu terjadi ketika sanksi Uni Eropa (UE) terhadap produk bahan bakar Rusia membuat Moskow berjuang keras mencari pasar yang sangat besar untuk digantikan.
UE sendiri telah melarang impor produk minyak sulingan Rusia seperti diesel dan memberlakukan pembatasan harga baru. Intinya pihak Barat dan sekutunya sedang membangun embargo minyak mentah Rusia melalui laut yang dimulai pada bulan Desember, tahun lalu.
Pengiriman minyak mentah Moskow tidak terkecuali juga berdampak. Bulan lalu, minyak Rusia menuju ke tangki penyimpanan di Afrika Barat untuk pertama kalinya dalam lima tahun, dengan satu kapal tanker tiba di Ghana membawa sekitar 600.000 barel.
Sedangkan pembeli Asia di India dan Cina telah mengambil pasokan minyak mentah Rusia dengan jumlah cukup besar. Namun menurut analis ING, permintaan kedua negara itu tidak cukup untuk menyerap ekspor minyak mentah dari salah satu produsen minyak terbesar di dunia.
Meski begitu Rusia mengumumkan, bakal memangkas produksi minyaknya sebesar 500.000 barel per hari untuk bulan Maret.
"Pembeli yang bersedia di Asia, yaitu India dan pada tingkat yang lebih rendah, China telah mengambil diskon kargo minyak mentah," kata Badan Internasional dalam laporan bulanannya untuk bulan Maret seperti dilansir Business Insider.
Ia menambahkan bahwa ekspor Rusia ke pasar dunia telah turun lebih dari 7,5 juta barel per hari. Dengan lebih sedikit pembeli, pendapatan minyak dan gas Rusia bakal terpukul, pertanda sanksi energi Barat terhadap negara itu mulai berjalan. Moskow mencatatkan penurunan pendapatan hampir 50% pada Januari.
Baca Juga
Hal itu dilaporkan Bloomberg mengutip data Vortexa. Sementara itu kapal lainnya harus menunggu di dekat pantai Ghana selama lebih dari seminggu sebelum menurunkan kargo serupa, kata laporan tersebut.
Bahan bakar Rusia telah dimasukkan ke dalam penyimpanan terapung karena kurangnya pembeli, dengan sebanyak 1,9 juta barel dieselnya terdampar di laut. Penumpukan itu terjadi ketika sanksi Uni Eropa (UE) terhadap produk bahan bakar Rusia membuat Moskow berjuang keras mencari pasar yang sangat besar untuk digantikan.
Baca Juga
UE sendiri telah melarang impor produk minyak sulingan Rusia seperti diesel dan memberlakukan pembatasan harga baru. Intinya pihak Barat dan sekutunya sedang membangun embargo minyak mentah Rusia melalui laut yang dimulai pada bulan Desember, tahun lalu.
Pengiriman minyak mentah Moskow tidak terkecuali juga berdampak. Bulan lalu, minyak Rusia menuju ke tangki penyimpanan di Afrika Barat untuk pertama kalinya dalam lima tahun, dengan satu kapal tanker tiba di Ghana membawa sekitar 600.000 barel.
Sedangkan pembeli Asia di India dan Cina telah mengambil pasokan minyak mentah Rusia dengan jumlah cukup besar. Namun menurut analis ING, permintaan kedua negara itu tidak cukup untuk menyerap ekspor minyak mentah dari salah satu produsen minyak terbesar di dunia.
Meski begitu Rusia mengumumkan, bakal memangkas produksi minyaknya sebesar 500.000 barel per hari untuk bulan Maret.
"Pembeli yang bersedia di Asia, yaitu India dan pada tingkat yang lebih rendah, China telah mengambil diskon kargo minyak mentah," kata Badan Internasional dalam laporan bulanannya untuk bulan Maret seperti dilansir Business Insider.
Ia menambahkan bahwa ekspor Rusia ke pasar dunia telah turun lebih dari 7,5 juta barel per hari. Dengan lebih sedikit pembeli, pendapatan minyak dan gas Rusia bakal terpukul, pertanda sanksi energi Barat terhadap negara itu mulai berjalan. Moskow mencatatkan penurunan pendapatan hampir 50% pada Januari.
(akr)
tulis komentar anda