Mengindentifikasi 3 Tantangan Produktivitas Pertanian di Indonesia
Senin, 27 Maret 2023 - 19:36 WIB
“Petani kita, begitu ada teknologi mereka tidak semerta-merta mau menerima. Selain itu ada juga permasalahan pasca-panen, kalau kita bicara pasca-panen itu lossnya bisa 10%. Bisa dibayangkan kalau 10 hektare itu berarti satu per sepuluhnya hilang,” kata Moeldoko, dikutip Senin (27/3/2023).
Menanggapi permasalahan di atas, berbagai program pemberdayaan dan literasi petani seperti penguatan sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi pertanian dengan kurikulum pengembangan produk hasil pertanian menjadi kunci untuk meningkatkan kompetensi para petani dalam melakukan pengelolaan pertanian dan manajemen keuangan, terutama dalam konteks pertanian berkelanjutan.
Selain itu, adaptasi teknologi petani juga perlu dilakukan melalui pengembangan mesin pertanian yang sesuai dengan skala lahan kecil sehingga dapat mendukung produktivitas pertanian secara maksimal dengan juga memperhatikan keberlanjutan tanpa merusak kualitas lahan pada jangka panjang.
Walau sejatinya pemerintah memang telah mempersiapkan alokasi pupuk dan bibit bersubsidi di tiap daerah setiap tahunnya, namun inisiatif petani dalam meningkatkan produktivitasnya secara mandiri masih perlu terus dibangun sehingga tidak terjadi kelangkaan bibit maupun pupuk terutama ketika memasuki musim tanam.
Khusus pupuk, untuk meningkatkan produktivitas petani lewat ketersediaan pupuk, dalam jangka pendek pasokan kalium sebagai bahan baku pupuk juga menjadi perhatian pemerintah yang masih bergantung lewat impor. Dalam jangka panjang, pembangunan atau investasi fasilitas produksi bahan baku pupuk serta perbaikan sistem subsidi pupuk dan jaminan ketersediaan variasi kombinasi pupuk untuk kesesuaian dengan kondisi geografis juga diperlukan dalam menunjang produktivitas pertanian di Indonesia.
3. Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem
Tantangan lain yang dihadapi petani kecil antara lain adalah perubahan iklim dan dampaknya pada siklus produksi petani. Perubahan pola curah hujan, dan peristiwa cuaca ekstrem yang belakangan lebih sering pada akhirnya juga turut memengaruhi hasil panen dan kualitas produksi pertanian. Hal ini kemudian juga diperparah dengan minimnya pengetahuan dan sumber daya pertanian dalam penerapan praktik pertanian berkelanjutan sehingga dampak perubahan iklim lebih sulit untuk dibendung.
Di balik berbagai tantangan yang dihadapi oleh petani kecil, potensi produksi pertanian petani masih dapat terus dikembangkan melalui berbagai usaha dan kerja sama baik dari pemerintah dan pelaku industri penunjang seperti produsen pupuk dan bibit. Dengan memaksimalkan potensi tersebut, ke depannya ketahanan pangan dan mitigasi krisis pangan di Indonesia dapat tercapai sehingga stok pangan dapat lebih terjamin baik dalam segi kuantitas maupun kualitasnya.
Menanggapi permasalahan di atas, berbagai program pemberdayaan dan literasi petani seperti penguatan sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi pertanian dengan kurikulum pengembangan produk hasil pertanian menjadi kunci untuk meningkatkan kompetensi para petani dalam melakukan pengelolaan pertanian dan manajemen keuangan, terutama dalam konteks pertanian berkelanjutan.
Selain itu, adaptasi teknologi petani juga perlu dilakukan melalui pengembangan mesin pertanian yang sesuai dengan skala lahan kecil sehingga dapat mendukung produktivitas pertanian secara maksimal dengan juga memperhatikan keberlanjutan tanpa merusak kualitas lahan pada jangka panjang.
2. Sulitnya Akses Permodalan dan Ketergantungan Petani pada Pupuk dan Bibit Subsidi
Permasalahan kedua adanya keterbatasan akses dan ketergantungan tinggi petani akan pupuk dan bibit subsidi pemerintah yang dialokasikan secara terbatas. Kesulitan akses permodalan petani dalam membeli pupuk dan bibit berkualitas menyebabkan kebanyakan petani masih mengandalkan bantuan dari pemerintah.Walau sejatinya pemerintah memang telah mempersiapkan alokasi pupuk dan bibit bersubsidi di tiap daerah setiap tahunnya, namun inisiatif petani dalam meningkatkan produktivitasnya secara mandiri masih perlu terus dibangun sehingga tidak terjadi kelangkaan bibit maupun pupuk terutama ketika memasuki musim tanam.
Khusus pupuk, untuk meningkatkan produktivitas petani lewat ketersediaan pupuk, dalam jangka pendek pasokan kalium sebagai bahan baku pupuk juga menjadi perhatian pemerintah yang masih bergantung lewat impor. Dalam jangka panjang, pembangunan atau investasi fasilitas produksi bahan baku pupuk serta perbaikan sistem subsidi pupuk dan jaminan ketersediaan variasi kombinasi pupuk untuk kesesuaian dengan kondisi geografis juga diperlukan dalam menunjang produktivitas pertanian di Indonesia.
3. Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem
Tantangan lain yang dihadapi petani kecil antara lain adalah perubahan iklim dan dampaknya pada siklus produksi petani. Perubahan pola curah hujan, dan peristiwa cuaca ekstrem yang belakangan lebih sering pada akhirnya juga turut memengaruhi hasil panen dan kualitas produksi pertanian. Hal ini kemudian juga diperparah dengan minimnya pengetahuan dan sumber daya pertanian dalam penerapan praktik pertanian berkelanjutan sehingga dampak perubahan iklim lebih sulit untuk dibendung.
Di balik berbagai tantangan yang dihadapi oleh petani kecil, potensi produksi pertanian petani masih dapat terus dikembangkan melalui berbagai usaha dan kerja sama baik dari pemerintah dan pelaku industri penunjang seperti produsen pupuk dan bibit. Dengan memaksimalkan potensi tersebut, ke depannya ketahanan pangan dan mitigasi krisis pangan di Indonesia dapat tercapai sehingga stok pangan dapat lebih terjamin baik dalam segi kuantitas maupun kualitasnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda