Jalankan Mandat Hilirisasi, MIND ID Perbanyak Smelter

Selasa, 11 April 2023 - 14:59 WIB
Di sektor logam dan mineral timah TINS juga tak ketinggalan melakukan hilirisasi untuk mengembangkan timah nasional. Salah satu proyek strategis TINS adalah Top Submerged Lance (TSL) Ausmelt Furnace dengan biaya investasi mencapai USD 80 juta yang bertujuan untuk menjawab tantangan yang berkaitan dengan rendahnya recovery dari proses peleburan dan berkurangnya bijih timah kadar tinggi (kadar 70%). Melalui teknologi ini, dipastikan TINS kini bisa memproses Timah dengan kadar rendah yaitu hingga 40%.

Asal tahu saja, proyek TSL Ausmelt garapan TINS yang bulan Oktober 2022 lalu mendapat kunjungan Presiden RI, Joko Widodo itu kini sudah mulai beroperasi dengan optimal.

Berikutnya adalah Inalum, anggota MIND ID yang fokus ke produksi aluminium. Upaya hilirisasi dilakukan dengan pembentukan anak usaha Indonesia Aluminium Alloy (IAA) dalam rangka peningkatan kapasitas produksi smelter Kuala Tanjung, IAA akan memproduksi billet aluminium sekunder dengan kapasitas cetak sebesar 50.000 ton per tahun secara bertahap dan ke depannya akan memproduksi berbagai produk aluminium ekstrusi sebagai produk turunannya.

Sementara itu, Freeport Indonesia sedang dalam tahapan membangun mega smelter di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, dengan luas total sekitar 100 hektare. Proyek yang dinamakan Smelter Manyar ini memiliki kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 2 juta ton per tahun dan menjadikan smelter single line itu sebagai tempat pengolahan tembaga terbesar di dunia.

Hasil pengolahan Smelter Manyar akan ditambahkan dengan kapasitas pengolahan smelter yang telah beroperasi, PT Smelting, dengan kapasitas pengolahan 1 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun. Dengan demikian, setelah Smelter Manyar beroperasi, Freeport mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun.

Terakhir adalah proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah, Kalimatan Barat. Proyek dari ANTM dan Inalum melalui PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) ini memproses pengolahan bauksit menjadi aluminium dengan kapasitas 1 juta ton.

“Wujud nyata komitmen MIND ID dalam menjalankan Program Hilirisasi adalah dengan memperbanyak smelter pengolahan komoditas dari bahan mentah, menjadi bahan setengah jadi maupun produk jadi. Harapannya dengan ini mampu meningkatkan pendapatan negara melalui penambahan nilai dari pengolahan barang tambang,” tambah Heri.

Hilirisasi menjadi salah satu fokus Pemerintah guna memajukan Perekonomian melalui penambahan nilai jual dari produk mentah menjadi setengah jadi ataupun produk jadi. Hilirisasi yang dilakukan Kementerian ESDM untuk komoditas mineral dan batu bara antara lain untuk nikel, bauksit, dan timah. Larangan ekspor nikel, misalnya, telah dilakukan sejak 1 Januari 2020, sebagai penerapan Undang-Undang Minerba.

"Kalau kita tidak manfaatkan dengan mendorong hilirisasinya, kita akan menjadi importir produk bahan jadi. Kalau kita lihat dari bijih nikel menjadi feronikel saja itu nilai tambahnya 4 kali lipat. Makanya sekarang kita lihat nilai devisa yang kita dapatkan dari ekspor produk jadi yang diproses berlipat demikian banyak dibandingkan sebelumnya," jelas Menteri ESDM Arifin Tasrif beberapa waktu lalu.

Pernyataan Arifin Tasrif tersebut sejalan dengan data Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperlihatkan ekspor komoditas menjadi berlipat berkat hilirisasi. Data menunjukkan ekspor bijih nikel pada sebelum hilirisasi diberlakukan yaitu pada 2019, ekspor feronikel tercatat USD2,59 miliar.

Setelah larangan ekspor diberlakukan ekspor feronikel melesat jadi USD4,74 miliar pada 2020, USD7,09 miliar pada 2021 dan menembus USD13,62 miliar pada 2022. Sementara itu, ekspor produk turunan nikel lainnya sebelum hilirisasi tercatat USD813,16 juta pada 2019. Dalam kurun waktu tiga tahun, ekspornya melesat 7 kali lipat menjadi USD5,98 miliar.

Riset McKinsey & Company, perusahaan konsultan manajemen bisnis global menyebut Indonesia berada di peringkat 1 sebagai produsen nikel terbesar di dunia, peringkat 2 produsen timah di dunia, peringkat 3 produsen batu bara global, ranking 4 produsen bauxite, peringkat 10 produsen emas dan peringkat 12 konsentrat tembaga.

Saat ini, seluruh perusahaan tambang yang beroperasi dan menghasilkan produk yang disebutkan tadi berada di bawah naungan MIND ID. Dengan segala kekayaan alam yang dimiliki dan dipadukan dengan komitmen MIND ID untuk melakukan hilirisasi maka posisi Indonesia di rantai pasok global akan semakin solid sekaligus menjadi motor pertumbuhan ekonomi ke depan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More