Digiasia Bios Siap IPO di Bursa Nasdaq
Rabu, 12 April 2023 - 21:56 WIB
Digiasia Bios juga membukukan 35 juta transaksi sepanjang 2022 dan total 97 mitra dan pelanggan B2B di papan di berbagai produk atauon board across product range.
Laporan Statista 2022 dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menunjukan, sektor ekonomi digital dunia saat ini sedang mengalami kondisiTech Winter.Lantaran adanya konflik geopolitik,scarring effectpasca-pandemi Covid-19, hingga terjadinya stagflasi di sejumlah negara.
Namun perusahaan meyakini, Indonesia mampu menghadapi tantangan ini secara progresif karena memanfaatkan keadaan ini sebagai momentum akselerasi digitalisasi jasa keuangan.
Mengacu momentum ini, Digiasia Bios mengumumkan strategi bisnis terbarunya sebagai Embedded Finance as a Service (EFaaS) pertama di Indonesia. Digiasia Bios yang didirikan pada 2017 lalu oleh Alexander Rusli dan Prashant Gokarn. Mereka memiliki ambisi, mempercepat inklusi keuangan melalui lisensi dan kumpulan teknologi yang dimiliki.
Sebagai EFaaS, Digiasia Bios akan berperan sebagai medium integrasi antara empat blok ekosistem digital - platform B2B SaaS, platform B2C SaaS, institusi keuangan atau fintek yang berlisensi, dan jaringan retail offline. Teknologi penghubung ini untuk memberdayakan layanan keuangan di Indonesia dengan mendemokratisasikan layanan perbankan yang sudah ada.
(Baca juga:Dorong Digital di Jawa Barat, Digiasia Bios Gandeng Jabar Telematika)
Konsep EFaaS dipercaya membantu perbankan dan institusi keuangan dalam memodulasi fitur mereka untuk disematkan dalam ekosistem platform SaaS (B2B & B2C) yang mitra miliki.
“Hal ini ditujukan agar pengguna SaaS dapat mengakses transaksi keuangan mereka secara mulus dengan mode pembayaran multi varian dari berbagai sumber tanpa harus meninggalkan aplikasi asli mereka. Namun dapat menggunakan ekosistem jaringan gerai ritel untuk melayani transaksi offline mereka,” ujar Rully.
Keberadaan empat aset berlisensi sah, yakni KasPro, KreditPro, RemitPro, dan DigiBos, Digiasia Bios mampu mendekonstruksi dan merekonstruksi kapabilitas perbankan. Terutama dalam membantu perjalanan transaksi keuangan digital mereka di ekosistem multi vertikal perekonomian Indonesia.
"Arsitektur penyematan teknologi bisnis dari Digiasia Bios sendiri diselaraskan sedemikian rupa agar lebih mudah dipahami oleh orang-orang awam,” sambung Rully.
Laporan Statista 2022 dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menunjukan, sektor ekonomi digital dunia saat ini sedang mengalami kondisiTech Winter.Lantaran adanya konflik geopolitik,scarring effectpasca-pandemi Covid-19, hingga terjadinya stagflasi di sejumlah negara.
Namun perusahaan meyakini, Indonesia mampu menghadapi tantangan ini secara progresif karena memanfaatkan keadaan ini sebagai momentum akselerasi digitalisasi jasa keuangan.
Mengacu momentum ini, Digiasia Bios mengumumkan strategi bisnis terbarunya sebagai Embedded Finance as a Service (EFaaS) pertama di Indonesia. Digiasia Bios yang didirikan pada 2017 lalu oleh Alexander Rusli dan Prashant Gokarn. Mereka memiliki ambisi, mempercepat inklusi keuangan melalui lisensi dan kumpulan teknologi yang dimiliki.
Sebagai EFaaS, Digiasia Bios akan berperan sebagai medium integrasi antara empat blok ekosistem digital - platform B2B SaaS, platform B2C SaaS, institusi keuangan atau fintek yang berlisensi, dan jaringan retail offline. Teknologi penghubung ini untuk memberdayakan layanan keuangan di Indonesia dengan mendemokratisasikan layanan perbankan yang sudah ada.
(Baca juga:Dorong Digital di Jawa Barat, Digiasia Bios Gandeng Jabar Telematika)
Konsep EFaaS dipercaya membantu perbankan dan institusi keuangan dalam memodulasi fitur mereka untuk disematkan dalam ekosistem platform SaaS (B2B & B2C) yang mitra miliki.
“Hal ini ditujukan agar pengguna SaaS dapat mengakses transaksi keuangan mereka secara mulus dengan mode pembayaran multi varian dari berbagai sumber tanpa harus meninggalkan aplikasi asli mereka. Namun dapat menggunakan ekosistem jaringan gerai ritel untuk melayani transaksi offline mereka,” ujar Rully.
Keberadaan empat aset berlisensi sah, yakni KasPro, KreditPro, RemitPro, dan DigiBos, Digiasia Bios mampu mendekonstruksi dan merekonstruksi kapabilitas perbankan. Terutama dalam membantu perjalanan transaksi keuangan digital mereka di ekosistem multi vertikal perekonomian Indonesia.
"Arsitektur penyematan teknologi bisnis dari Digiasia Bios sendiri diselaraskan sedemikian rupa agar lebih mudah dipahami oleh orang-orang awam,” sambung Rully.
tulis komentar anda