AS Terancam Gagal Bayar Utang Rp461.000 Triliun, Pasar Keuangan Global Bisa Terguncang
Selasa, 02 Mei 2023 - 11:33 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah memperingatkan bahwa AS mungkin akan kehabisan uang tunai pada 1 Juni 2023 jika konggres gagal menaikkan atau menangguhkan plafon utang.
Yellen telah mendesak konggres untuk sesegera mungkin mengatasi batas pagu utang pemerintah USD31,4 triliun atau sekitar Rp461.000 triliun. Batasan itu artinya pemerintah sudah tidak dapat meminjam uang lagi.
Mengutip BBC, Presiden AS Joe Biden telah mengadakan pertemuan dengan para pemimpin kongres untuk membahas masalah ini pada 9 Mei. Plafon utang telah dinaikkan, diperpanjang atau direvisi sebanyak 78 kali sejak tahun 1960.
Dalam hal ini, Partai Republik di DPR telah menuntut pemotongan pengeluaran yang drastis dan pembalikan beberapa aspek agenda Presiden Biden termasuk program pengampunan pinjaman mahasiswa dan kredit pajak energi ramah lingkungan sebagai imbalan atas suara untuk menaikkan plafon utang. Hal ini, pada gilirannya, telah memicu keberatan dari Partai Demokrat di Senat dan dari Presiden Biden, yang mengatakan minggu lalu bahwa masalah ini tidak bisa dinegosiasikan.
Namun, Presiden Biden mendapatkan tekanan yang semakin besar dari kelompok-kelompok bisnis termasuk Kamar Kongres AS untuk membahas proposal-proposal Partai Republik. Gagal bayar yang akan menjadi yang pertama dalam sejarah AS dapat mengguncang pasar keuangan global dan menghancurkan kepercayaan terhadap AS sebagai mitra bisnis global.
Para ahli telah memperingatkan bahwa gagal bayar juga dapat membuat AS mengalami resesi dan menyebabkan meningkatnya pengangguran. Hal ini juga berarti bahwa AS tidak akan dapat meminjam uang untuk membayar gaji pegawai pemerintah dan personel militer, cek jaminan sosial, atau untuk kewajiban-kewajiban lain, seperti pembayaran kontraktor pertahanan.
Bahkan prakiraan cuaca pada akhirnya dapat terkena dampaknya, karena banyak yang mengandalkan data dari National Weather Service yang didanai pemerintah federal.
Dalam sebuah surat kepada para anggota Kongres Yellen mengatakan bahwa pihaknya telah belajar dari kebuntuan batas utang di masa lalu bahwa menunggu hingga menit terakhir untuk menangguhkan atau meningkatkan batas utang dapat menyebabkan kerugian serius pada kepercayaan bisnis dan konsumen.
Yellen telah mendesak konggres untuk sesegera mungkin mengatasi batas pagu utang pemerintah USD31,4 triliun atau sekitar Rp461.000 triliun. Batasan itu artinya pemerintah sudah tidak dapat meminjam uang lagi.
Mengutip BBC, Presiden AS Joe Biden telah mengadakan pertemuan dengan para pemimpin kongres untuk membahas masalah ini pada 9 Mei. Plafon utang telah dinaikkan, diperpanjang atau direvisi sebanyak 78 kali sejak tahun 1960.
Dalam hal ini, Partai Republik di DPR telah menuntut pemotongan pengeluaran yang drastis dan pembalikan beberapa aspek agenda Presiden Biden termasuk program pengampunan pinjaman mahasiswa dan kredit pajak energi ramah lingkungan sebagai imbalan atas suara untuk menaikkan plafon utang. Hal ini, pada gilirannya, telah memicu keberatan dari Partai Demokrat di Senat dan dari Presiden Biden, yang mengatakan minggu lalu bahwa masalah ini tidak bisa dinegosiasikan.
Namun, Presiden Biden mendapatkan tekanan yang semakin besar dari kelompok-kelompok bisnis termasuk Kamar Kongres AS untuk membahas proposal-proposal Partai Republik. Gagal bayar yang akan menjadi yang pertama dalam sejarah AS dapat mengguncang pasar keuangan global dan menghancurkan kepercayaan terhadap AS sebagai mitra bisnis global.
Para ahli telah memperingatkan bahwa gagal bayar juga dapat membuat AS mengalami resesi dan menyebabkan meningkatnya pengangguran. Hal ini juga berarti bahwa AS tidak akan dapat meminjam uang untuk membayar gaji pegawai pemerintah dan personel militer, cek jaminan sosial, atau untuk kewajiban-kewajiban lain, seperti pembayaran kontraktor pertahanan.
Bahkan prakiraan cuaca pada akhirnya dapat terkena dampaknya, karena banyak yang mengandalkan data dari National Weather Service yang didanai pemerintah federal.
Dalam sebuah surat kepada para anggota Kongres Yellen mengatakan bahwa pihaknya telah belajar dari kebuntuan batas utang di masa lalu bahwa menunggu hingga menit terakhir untuk menangguhkan atau meningkatkan batas utang dapat menyebabkan kerugian serius pada kepercayaan bisnis dan konsumen.
Lihat Juga :
tulis komentar anda