Optimisme Pemulihan Ekonomi Nasional di Tengah Perseteruan Dua Bebuyutan
Rabu, 22 Juli 2020 - 17:29 WIB
Lusa lalu, indeks juga meliuk ke atas level psikologis 5. 000 yang terpicu oleh sentimen positif seputar dunia finansial. Salah satunya restrukturisasi kredit yang terjadi di perbankan terlihat sudah mulai menurun, sehingga akan berdampak positif untuk net interest margin (NIM) perbankan.
Penurunan restrukturisasi kredit juga mengkonfirmasi adanya pemulihan di dunia usaha, ketika sempat banyak korporasi yang mengajukan restrukturisasi kredit. Rupiah pun saat ini terlihat semakin kokoh dibawah level 14.400. Tak pelak, pasar obligasi pun mendapatkan dorongan untuk menguat dengan yield yang saat ini telah turun ke kisaran level 7,1%.
Dari segi makro ekonomi, Menteri BUMN Erick Tohir menyatakan bahwa kinerja dunia usaha baru akan pulih 40-60% di akhir 2020, pasca-Covid-19, kemudian 75% di 2021, dan akhirnya 100% di tahun 2022.
Perkiraan Erick itu diamini oleh oleh Wapres Ma’ruf Amin yang percaya bahwa ekonomi RI baru akan sepenuhnya pulih di tahun 2022. Beliau menyatakan bahwa pemerintah saat ini telah melakukan berbagai upaya untuk menopang perekonomian, salah satunya merealokasi anggaran negara untuk fokus terhadap tiga sektor strategis, yaitu kesehatan, penanganan dampak sosial, dan juga ekonomi.
Sementara itu, dari segi Covid-19, peningkatan jumlah kasus baru kemarin mencapai rekor lagi dengan angka 2.657 kasus sehingga mendorong total jumlah kasus diatas 70.000. Syukurnya, pasar modal domestik sejauh ini dapat dikatakan cukup imun terhadap perkembangan seputar virus corona.
Ke depannya, IHSG diharapkan dapat bertahan di atas level goceng untuk membentuk range trading baru di 5.000-5.300 pekan depan. Para pelaku pasar saat ini pun masih mencari katalis positif untuk mendorong pasar saham terus menguat, di ambang ketidakpastian domestik, seperti skala penyebaran Covid-19 dan juga beberapa tensi geopolitik global antara AS dengan China dan Inggris dengan Uni Eropa.
Penurunan restrukturisasi kredit juga mengkonfirmasi adanya pemulihan di dunia usaha, ketika sempat banyak korporasi yang mengajukan restrukturisasi kredit. Rupiah pun saat ini terlihat semakin kokoh dibawah level 14.400. Tak pelak, pasar obligasi pun mendapatkan dorongan untuk menguat dengan yield yang saat ini telah turun ke kisaran level 7,1%.
Dari segi makro ekonomi, Menteri BUMN Erick Tohir menyatakan bahwa kinerja dunia usaha baru akan pulih 40-60% di akhir 2020, pasca-Covid-19, kemudian 75% di 2021, dan akhirnya 100% di tahun 2022.
Perkiraan Erick itu diamini oleh oleh Wapres Ma’ruf Amin yang percaya bahwa ekonomi RI baru akan sepenuhnya pulih di tahun 2022. Beliau menyatakan bahwa pemerintah saat ini telah melakukan berbagai upaya untuk menopang perekonomian, salah satunya merealokasi anggaran negara untuk fokus terhadap tiga sektor strategis, yaitu kesehatan, penanganan dampak sosial, dan juga ekonomi.
Sementara itu, dari segi Covid-19, peningkatan jumlah kasus baru kemarin mencapai rekor lagi dengan angka 2.657 kasus sehingga mendorong total jumlah kasus diatas 70.000. Syukurnya, pasar modal domestik sejauh ini dapat dikatakan cukup imun terhadap perkembangan seputar virus corona.
Ke depannya, IHSG diharapkan dapat bertahan di atas level goceng untuk membentuk range trading baru di 5.000-5.300 pekan depan. Para pelaku pasar saat ini pun masih mencari katalis positif untuk mendorong pasar saham terus menguat, di ambang ketidakpastian domestik, seperti skala penyebaran Covid-19 dan juga beberapa tensi geopolitik global antara AS dengan China dan Inggris dengan Uni Eropa.
(uka)
tulis komentar anda