Waspadai Euforia Saham Farmasi Dampak dari Uji Klinis Vaksin Covid-19
Kamis, 23 Juli 2020 - 09:11 WIB
Alasan mengapa transaksi dilakukan secara harian, karena euforia saham ini diprediksi hanya hingga pekan depan. Sebab valuasinya sudah terlalu cepat dan sudah sangat tinggi. Ditambah lagi vaksin ini baru di tahap uji coba dan belum diketahui tingkat keberhasilannya. Produksinya juga baru akan dilakukan pada tahun depan dan bukan tahun ini. (Baca juga: Ini Fakta Menarik Vaksin Buatan Oxford yang Menunjukan Hasil Menjanjikan)
Para pelaku pasar harus benar-benar memperhatikan batas keuntungan yang ingin didapatkan. Jangan sampai niat untuk investasi mendapatkan cuan justru berakhir merugi karena saham perusahaan tersebut turun kembali karena aksi ambil untung (profit taking).
Edwin pun memberikan sedikit tips, yaitu kita harus memperhatikan berapa batas keuntungan yang ingin didapat melalui investasi saham farmasi. Idealnya jika keuntungan sudah berada di angka 10% atau lebih hendaknya dijual.
Setelahnya investor bisa kembali membeli saham farmasi tersebut. Namun harus diperhatikan, aksi beli saham dilakukan ketika posisi saham berada di angka yang rendah. “Kalau berapa persen keuntungan tergantung investor berapa persen targetnya. Tapi sekarang sih kalau sudah di atas 10% keuntungan sebaiknya melakukan transaksi jual minimal 10%,” ujarnya. (Lihat videonya: Viral di Media Sosial, Bocah di Bali Terjepit Kepalanya di Tiang Listrik)
Senada dengan Edwin, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan, tren kenaikan ini akan terus berlanjut selama tidak ada berita-berita sumbang lain yang bisa membuat saham farmasi ini turun.
“Pasar men-price-in berita baik ini. Selama tidak ada berita lain, tren kenaikan ini akan berlanjut diselingi juga profit taking dan isu-isu lain,” sebutnya. (Fahreza Rizky/Giri Hartomo)
Para pelaku pasar harus benar-benar memperhatikan batas keuntungan yang ingin didapatkan. Jangan sampai niat untuk investasi mendapatkan cuan justru berakhir merugi karena saham perusahaan tersebut turun kembali karena aksi ambil untung (profit taking).
Edwin pun memberikan sedikit tips, yaitu kita harus memperhatikan berapa batas keuntungan yang ingin didapat melalui investasi saham farmasi. Idealnya jika keuntungan sudah berada di angka 10% atau lebih hendaknya dijual.
Setelahnya investor bisa kembali membeli saham farmasi tersebut. Namun harus diperhatikan, aksi beli saham dilakukan ketika posisi saham berada di angka yang rendah. “Kalau berapa persen keuntungan tergantung investor berapa persen targetnya. Tapi sekarang sih kalau sudah di atas 10% keuntungan sebaiknya melakukan transaksi jual minimal 10%,” ujarnya. (Lihat videonya: Viral di Media Sosial, Bocah di Bali Terjepit Kepalanya di Tiang Listrik)
Senada dengan Edwin, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan, tren kenaikan ini akan terus berlanjut selama tidak ada berita-berita sumbang lain yang bisa membuat saham farmasi ini turun.
“Pasar men-price-in berita baik ini. Selama tidak ada berita lain, tren kenaikan ini akan berlanjut diselingi juga profit taking dan isu-isu lain,” sebutnya. (Fahreza Rizky/Giri Hartomo)
(ysw)
tulis komentar anda