Kementan: Koordinasi dan Sinergitas Program Kegiatan Peternakan di Babel
Minggu, 26 Juli 2020 - 11:17 WIB
Diketahui, dalam upaya peningkatan populasi sapi potong untuk kebutuhan konsumsi masyarakat, Kabupaten Bangka Tengah terus mengikuti program arahan Ditjen PKH. Hasilnya, dari jumlah populasi sapi potong Provinsi Bangka Belitung sebanyak 14.247 ekor, 5.129 ekor di antaranya adalah populasi sapi potong di Kabupaten Bangka Tengah.
"Selain dalam meningkatkan kebutuhan konsumsi masyarakat, sapi potong ini juga bisa memenuhi kebutuhan dan permintaan antar daerah atau pulau," ucap Makmun.
Hingga saat ini, Provinsi Bangka Belitung masih melakukan pemasukan sapi dari Jawa Timur dan Lampung rata-rata 20 ribu ekor per tahun, sehingga menjadi peluang usaha untuk mencukupi kekurangan sapi. Untuk itu, Ditjen PKH menyatakan akan terus mendorong upaya peningkatan populasi melalui berbagai kegiatan, utamanya memanfatkan potensi Kebun Sawit yang luasnya 23.102 Ha tersebar di 6 Kecamatan.
Kabupaten Bangka Tengah dalam pengembangan usaha sapi potong juga mewajibkan setiap desa memberikan 30 persen alokasi dana desa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hasilnya, 16 desa memanfaatkan pengembangan 216 ekor sapi potong.
Perkembangan usaha integrasi sawit sapi di Kabupaten Bangka Tengah sendiri dikatakan cukup berkembang. Kampung Integrasi Sawit Sapi Bangka Tengah awalnya menerima 32 ekor sapi dari Ditjen PKH tahun 2015, kini sudah ada sebanyak 225 ekor, dan telah dijual ke kelompok penerima sebanyak 42 Ekor.
"Keberhasilan pengembangan ini karena menerapkan pengelolaan dan pemanfaatan biomassa sawit, utamanya pelepah sawit yang diolah sebagai sumber pakan yang utama," ungkap Makmun.
Kelompok juga telah mengolah feces sapi menjadi pupuk kompos. Dalam 5 tahun terakhir anggota Kelompok Tunas Baru memanfaatkannya untuk memupuk lahan sawitnya guna memperbaiki dan mengembalikan unsur hara tanah, sehingga meningkatkan produksi/bobot Tandan Buah Sawit.
Dengan menggunakan pupuk kompos, anggota kelompok tidak menggunakan pupuk kimia untuk tanaman sawitnya. Selain dipakai sendiri untuk pupuk lahan sawitnya, kelompok juga telah menjual kepada masyarakat untuk memupuk tanaman perkebunan dan hortikultura yang terbentang luas dalam wilayah Provinsi Bangka Belitung.
"Lalu ada yang dijual ke perusahaan tambang untuk reklamasi lahan ex-tambang timah dengan harga jual Rp1.500/kg sehingga menjadi sumber pendapatan sehari-hari bagi kelompok," jelas Makmun.
Ditjen PKH juga melakukan kunjungan ke RPH dan Usaha Penggemukan/Usaha Sapi Tunda Potong di Desa Mangkal Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah. Usaha penggemukan ini dikelola dengan mendatangkan sapi bakalan dari Jawa Timur dan Lampung.
"Selain dalam meningkatkan kebutuhan konsumsi masyarakat, sapi potong ini juga bisa memenuhi kebutuhan dan permintaan antar daerah atau pulau," ucap Makmun.
Hingga saat ini, Provinsi Bangka Belitung masih melakukan pemasukan sapi dari Jawa Timur dan Lampung rata-rata 20 ribu ekor per tahun, sehingga menjadi peluang usaha untuk mencukupi kekurangan sapi. Untuk itu, Ditjen PKH menyatakan akan terus mendorong upaya peningkatan populasi melalui berbagai kegiatan, utamanya memanfatkan potensi Kebun Sawit yang luasnya 23.102 Ha tersebar di 6 Kecamatan.
Kabupaten Bangka Tengah dalam pengembangan usaha sapi potong juga mewajibkan setiap desa memberikan 30 persen alokasi dana desa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hasilnya, 16 desa memanfaatkan pengembangan 216 ekor sapi potong.
Perkembangan usaha integrasi sawit sapi di Kabupaten Bangka Tengah sendiri dikatakan cukup berkembang. Kampung Integrasi Sawit Sapi Bangka Tengah awalnya menerima 32 ekor sapi dari Ditjen PKH tahun 2015, kini sudah ada sebanyak 225 ekor, dan telah dijual ke kelompok penerima sebanyak 42 Ekor.
"Keberhasilan pengembangan ini karena menerapkan pengelolaan dan pemanfaatan biomassa sawit, utamanya pelepah sawit yang diolah sebagai sumber pakan yang utama," ungkap Makmun.
Kelompok juga telah mengolah feces sapi menjadi pupuk kompos. Dalam 5 tahun terakhir anggota Kelompok Tunas Baru memanfaatkannya untuk memupuk lahan sawitnya guna memperbaiki dan mengembalikan unsur hara tanah, sehingga meningkatkan produksi/bobot Tandan Buah Sawit.
Dengan menggunakan pupuk kompos, anggota kelompok tidak menggunakan pupuk kimia untuk tanaman sawitnya. Selain dipakai sendiri untuk pupuk lahan sawitnya, kelompok juga telah menjual kepada masyarakat untuk memupuk tanaman perkebunan dan hortikultura yang terbentang luas dalam wilayah Provinsi Bangka Belitung.
"Lalu ada yang dijual ke perusahaan tambang untuk reklamasi lahan ex-tambang timah dengan harga jual Rp1.500/kg sehingga menjadi sumber pendapatan sehari-hari bagi kelompok," jelas Makmun.
Ditjen PKH juga melakukan kunjungan ke RPH dan Usaha Penggemukan/Usaha Sapi Tunda Potong di Desa Mangkal Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah. Usaha penggemukan ini dikelola dengan mendatangkan sapi bakalan dari Jawa Timur dan Lampung.
tulis komentar anda