Rusia Blokade Gandum Ukraina, Siap-siap Harga Mi Instan Meroket
Minggu, 23 Juli 2023 - 20:29 WIB
JAKARTA - Krisis pangan kembali menjadi ancaman dunia setelah Rusia menarik diri dari perjanjian biji-bijian laut hitam atau Black Sea Grain Initiatives ditambah kebijakan India yang akan menghentikan ekspor beras. Rusia menganggap seluruh kapal kargo yang menuju perairan Ukraina berpotensi membawa persenjataan militer.
Mengutip CNBC International, peringatan tersebut disampaikan setelah Rusia menyerang Odessa sebagai salah satu pintu keluar bahan pangan asal Ukraina menuju negara-negara dunia termasuk gandum.
PBB menyayangkan langkah Rusia keluar dari perjanjian biji-bijian sebagai hajat hidup negara-negara di dunia yang sedang berjuang menghadapi kelaparan di tengah biaya hidup yang semakin sulit. IMF juga mengatakan hal yang sama.
Kebijakan Rusia akan meningkatkan kerawanan pangan Global. Senada, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan keputusan Rusia membahayakan ketahanan pangan global.
Mengingat Ukraina dan Rusia merupakan salah satu lumbung pangan dunia dengan memproduksi biji-bijian seperti gandum dan jagung.
Langkah Rusia berdampak terhadap kenaikan harga gandum global. Chicago Board of Trade pada Kamis (23/7) lalu melaporkan kontrak perdagangan gandum meningkat 1,4% lebih tinggi 737,6 sen per gantang mencapai level tertinggi dalam tiga pekan meskipun masih jauh dari level puncak 1.177,5 sen per gantang pada Mei tahun lalu. Namun, kenaikan ini terjadi begitu cepat.
Kondisi tersebut akan mempengaruhi pasokan pangan di Indonesia karena 25% gandum diimpor dari Ukraina. Di mana Ukraina sebagai pemasok gandum ke Indonesia akan mengalami kesulitan melakukan pengiriman sehingg perlu mencari pasokan dari negara lain seperti Australia, AS dan Kanada.
Berdasarkan laporan BPS, kebutuhan gandum Indonesia berasal dari Australia, Argentina, Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Ukraina. Jumlah gandum yang diimpor telah mencetak angka diatas 10 juta ton per tahun.
Mengutip CNBC International, peringatan tersebut disampaikan setelah Rusia menyerang Odessa sebagai salah satu pintu keluar bahan pangan asal Ukraina menuju negara-negara dunia termasuk gandum.
PBB menyayangkan langkah Rusia keluar dari perjanjian biji-bijian sebagai hajat hidup negara-negara di dunia yang sedang berjuang menghadapi kelaparan di tengah biaya hidup yang semakin sulit. IMF juga mengatakan hal yang sama.
Baca Juga
Kebijakan Rusia akan meningkatkan kerawanan pangan Global. Senada, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan keputusan Rusia membahayakan ketahanan pangan global.
Mengingat Ukraina dan Rusia merupakan salah satu lumbung pangan dunia dengan memproduksi biji-bijian seperti gandum dan jagung.
Langkah Rusia berdampak terhadap kenaikan harga gandum global. Chicago Board of Trade pada Kamis (23/7) lalu melaporkan kontrak perdagangan gandum meningkat 1,4% lebih tinggi 737,6 sen per gantang mencapai level tertinggi dalam tiga pekan meskipun masih jauh dari level puncak 1.177,5 sen per gantang pada Mei tahun lalu. Namun, kenaikan ini terjadi begitu cepat.
Kondisi tersebut akan mempengaruhi pasokan pangan di Indonesia karena 25% gandum diimpor dari Ukraina. Di mana Ukraina sebagai pemasok gandum ke Indonesia akan mengalami kesulitan melakukan pengiriman sehingg perlu mencari pasokan dari negara lain seperti Australia, AS dan Kanada.
Berdasarkan laporan BPS, kebutuhan gandum Indonesia berasal dari Australia, Argentina, Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Ukraina. Jumlah gandum yang diimpor telah mencetak angka diatas 10 juta ton per tahun.
Lihat Juga :
tulis komentar anda