Bos OJK Minta Dukungan Perusahaan Keuangan Global Pulihkan Ekonomi Indonesia

Selasa, 28 Juli 2020 - 16:37 WIB
Pemulihan ekonomi Indonesia pun diprediksikan optimis terjadinya V-shaped recovery dikarenakan 80% perekonomian Indonesia ditopang oleh permintaan domestik. Indonesia juga berhasil naik peringkat menjadi ‘Upper-Middle Income Country’ menurut Bank Dunia pada bulan Juli ini.

Terdapat dua kategori awal dalam kebijakan yang dikeluarkan OJK untuk mitigasi dampak Covid-19. Pertama, stabilisasi pasar keuangan untuk meredam volatilitas.

Kedua, relaksasi regulasi dan penundaan implementasi standar global seperti diadopsi negara-negara lain, diantaranya penetapan kualitas kredit/pembiayaan langsung lancar bagi restrukturisasi dan pengunaan hanya satu pilar dalam loan classification, demikian juga penundaan Basel 3 reform.

Fokus dari paket kebijakan OJK adalah untuk menjaga business fundamentals di sektor riil, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan menambah ruang gerak untuk percepatan pemulihan ekonomi Indonesia.

“Setelah beberapa bulan melewati pandemi ini, indikator sektor keuangan di Indonesia masih terjaga sehat. Jadi fase survival sudah berhasil terlampaui. Capital Adequacy Ratio (CAR) pun masih sehat di 22.16%,” ujar Wimboh Santoso yang sempat menjabat sebagai Executive Director IMF.

Di dalam forum ini Martin Scheck, CEO International Capital Market Association (ICMA); Darko Hajdukovic, Direktur Pelaksana, London Stock Exchange Group (LSEG); Jens Reisch, Presiden Direktur Prudential Life Assurance Indonesia bergabung sebagai panelis.

Martin Schek memberikan, perspektif global akan berbagai paket kebijakan yang dikeluarkan oleh berbagai regulator sektor keuangan dimana mereka memiliki peran penting untuk mendorong stabilitas pasar keuangan dan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Martin kemudian memberikan beberapa rekomendasi strategis untuk OJK dalam pengembangan pasar modal lebih lanjut untuk repo markets dan bond markets sebagi sumber pendanaan disaat pandemi maupun periode pemulihan nantinya.

Darko Hajdukovic, juga menambahkan bahwa pasar surat utang di Asia masih kekurangan e-trading bond platform. LSEG merekomendasikan bahwa Indonesia mengembangkan area ini untuk mengatasi isu likuiditas.

Indonesia diajak untuk berpatisipasi dalam tren Transition Financing dengan instrumen baru yakni Sustainability-linked bonds yang bisa menambah portfolio kesuksesan Indonesia sebagai Sovereign Issuer pertama di dunia untuk Green Sukuk. Terdapat antusiasme tinggi dari para panelis dan investor global lain untuk membantu menarik investor internasional dalam pendanaan hijau.

Pasar Modal dapat digunakan untuk pendanaan lebih lanjut bagi pemerintah, untuk membantu korporasi dan BUMN dalam transformasi model bisnis dan sekaligus memperkuat balance sheet. Bos OJK juga menambahkan, bahwa pasar modal akan menjadi lebih penting untuk sumber pendanaan untuk pemerintah, mulai dari global pandemic bond, climate change sukuk, samurai bond hingga sektor swasta dan BUMN yang bisa menggunakan bond financing dengan sekuritisasi proyek infrasturktur kedepannya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More