Gimana BRICS Bisa Dedolarisasi, Eksportir China Saja Pilih Dolar Ketimbang Yuan
Jum'at, 01 September 2023 - 10:50 WIB
Ding pada awalnya berencana mengkonversi kepemilikan dolarnya ketika yuan melemah melampaui angka 7 per dolar, tingkat yang hanya dilewati mata uang lokal sebanyak tiga kali sejak krisis keuangan global tahun 2008.
Namun Ding berubah pikiran seiring berkembangnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (bank sentral AS) akan menaikkan suku bunganya lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, dan melemahnya yuan yang terus-menerus karena imbal hasil (yield) yang turun seiring China melonggarkan kebijakan moneter untuk mendukung aktivitas ekonomi yang melemah.
“Meningkatnya perbedaan kebijakan moneter adalah alasan utama di balik tren ini,” kata Gary Ng, ekonom senior untuk Asia Pasifik di Natixis.
"Karena kecil kemungkinannya terjadi perubahan mendasar dalam jangka pendek, besarnya perbedaan imbal hasil akan menyeret yuan dan mendorong eksportir untuk bertaruh pada dolar," tandasnya.
Di luar isu ini, perlu dilihat pula nilai transaksi China dengan negara-negara lain yang umum menggunakan dolar. Sebagian besar negara-negara tujuan ekspor China bukan anggota BRICS, justru para sekondan Amerika.
Mengutip Global Index, sepanjang tahun 2022, pasar ekspor China terbesar adalah Amerika senilai USD582 miliar. Selanjutnya Uni Eropa USD562 miliar. Disusul Jepang USD173 miliar, Korea Selatan USD163 miliar dan Belanda USD118 miliar.
Sementara transaksi China dengan anggota BRICS jauh di bawah itu, seperti India USD118 miliar, Rusia USD76 miliar, Brasil USD62 miliar, UAE USD54 miliar, Arab Saudi USD38 miliar, dan Afrika Selatan USD24 miliar.
Berikut daftar lengkapnya:
United States: USD582 miliar
Namun Ding berubah pikiran seiring berkembangnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (bank sentral AS) akan menaikkan suku bunganya lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, dan melemahnya yuan yang terus-menerus karena imbal hasil (yield) yang turun seiring China melonggarkan kebijakan moneter untuk mendukung aktivitas ekonomi yang melemah.
“Meningkatnya perbedaan kebijakan moneter adalah alasan utama di balik tren ini,” kata Gary Ng, ekonom senior untuk Asia Pasifik di Natixis.
"Karena kecil kemungkinannya terjadi perubahan mendasar dalam jangka pendek, besarnya perbedaan imbal hasil akan menyeret yuan dan mendorong eksportir untuk bertaruh pada dolar," tandasnya.
Di luar isu ini, perlu dilihat pula nilai transaksi China dengan negara-negara lain yang umum menggunakan dolar. Sebagian besar negara-negara tujuan ekspor China bukan anggota BRICS, justru para sekondan Amerika.
Mengutip Global Index, sepanjang tahun 2022, pasar ekspor China terbesar adalah Amerika senilai USD582 miliar. Selanjutnya Uni Eropa USD562 miliar. Disusul Jepang USD173 miliar, Korea Selatan USD163 miliar dan Belanda USD118 miliar.
Sementara transaksi China dengan anggota BRICS jauh di bawah itu, seperti India USD118 miliar, Rusia USD76 miliar, Brasil USD62 miliar, UAE USD54 miliar, Arab Saudi USD38 miliar, dan Afrika Selatan USD24 miliar.
Berikut daftar lengkapnya:
United States: USD582 miliar
tulis komentar anda