Terusik Sentimen Ekonomi China dan Eropa, Wall Street Tampak Muram di Pembukaan
Rabu, 06 September 2023 - 22:35 WIB
JAKARTA - Indeks bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street dibuka muram malam ini, Rabu (6/9/2023). Selera risiko (risk appetite) investor terusik kabar melemahnya pertumbuhan ekonomi China dan Eropa.
Situasi ini menaikkan sentimen kekhawatiran perlambatan ekonomi yang lebih luas, terlebih saat investor AS tengah fokus menantikan kebijakan suku bunga bank sentral (Federal Reserve).
Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,27% di 34.546,79. S&P 500 turun 0,28% di 4.484,39, sedangkan Nasdaq Composite melemah 0,27% menjadi 13.983,77.
Sebuah survei swasta menunjukkan aktivitas sektor jasa di China mencatatkan laju pertumbuhan yang cukup lambat. Setidaknya dalam delapan bulan terakhir, tepatnya pada Agustus lalu.
Pasar mengharapkan stimulus dari pemerintahan Xi Jinping dapat membawa angin segar bagi ekonomi, sembari menantikan sejumlah rilis data makro termasuk inflasi dalam beberapa hari mendatang.
Selain China, kekhawatiran pasar juga menyasar kondisi ekonomi di Eropa, terutama setelah adanya pengurangan produksi minyak mentah. Sebelumnya, minyak mentah berjangka Brent naik menembus level USD90 per barel, setelah Arab Saudi dan Rusia berniat memperpanjang pengurangan pasokan hingga akhir 2023.
"Kenaikkan harga minyak dikhawatirkan dapat kembali menaikkan inflasi, sekaligus memangkas kepercayaan investasi," kata Managing Director INVICO Asset Management, Bruno Schneller, dilansir Reuters, Rabu (6/9/2023).
Tak hanya itu, faktor yang menambah suram keadaan datang dari kondisi manufaktur di Jerman, Inggris, yang menunjukkan perlambatan. Belum lagi sektor jasa mereka yang mengalami kontraksi.
"Banyak bukti yang menunjukkan lemahnya pertumbuhan di Eropa menjalang keputusan ECB pekan depan. Ini hanya menambah kekhawatiran stagflasi," terang Deutsche Bank Strategist, Jim Reid.
Situasi ini menaikkan sentimen kekhawatiran perlambatan ekonomi yang lebih luas, terlebih saat investor AS tengah fokus menantikan kebijakan suku bunga bank sentral (Federal Reserve).
Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,27% di 34.546,79. S&P 500 turun 0,28% di 4.484,39, sedangkan Nasdaq Composite melemah 0,27% menjadi 13.983,77.
Sebuah survei swasta menunjukkan aktivitas sektor jasa di China mencatatkan laju pertumbuhan yang cukup lambat. Setidaknya dalam delapan bulan terakhir, tepatnya pada Agustus lalu.
Pasar mengharapkan stimulus dari pemerintahan Xi Jinping dapat membawa angin segar bagi ekonomi, sembari menantikan sejumlah rilis data makro termasuk inflasi dalam beberapa hari mendatang.
Selain China, kekhawatiran pasar juga menyasar kondisi ekonomi di Eropa, terutama setelah adanya pengurangan produksi minyak mentah. Sebelumnya, minyak mentah berjangka Brent naik menembus level USD90 per barel, setelah Arab Saudi dan Rusia berniat memperpanjang pengurangan pasokan hingga akhir 2023.
"Kenaikkan harga minyak dikhawatirkan dapat kembali menaikkan inflasi, sekaligus memangkas kepercayaan investasi," kata Managing Director INVICO Asset Management, Bruno Schneller, dilansir Reuters, Rabu (6/9/2023).
Tak hanya itu, faktor yang menambah suram keadaan datang dari kondisi manufaktur di Jerman, Inggris, yang menunjukkan perlambatan. Belum lagi sektor jasa mereka yang mengalami kontraksi.
"Banyak bukti yang menunjukkan lemahnya pertumbuhan di Eropa menjalang keputusan ECB pekan depan. Ini hanya menambah kekhawatiran stagflasi," terang Deutsche Bank Strategist, Jim Reid.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda