Ekspor Impor Lesu, Ekonomi China Terancam Gagal Tumbuh 5%
Kamis, 07 September 2023 - 15:55 WIB
JAKARTA - Ekspor China turun 8,8% secara tahunan (year on year/yoy) pada Agutus 2023 dan kinerja impor terkontraksi 7,3%. Data Bea Cukai menunjukkan meningkatnya tekanan pada sektor manufaktur akibat permintaan merosot baik dari dalam dan luar negeri.
Berdasarkan jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom memperkirakan penurunan 9,2% pada ekspor dan penurunan 9,0% pada impor. Negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia ini berisiko kehilangan target pertumbuhan tahunan sekitar 5% karena para pejabat bergulat dengan kemerosotan properti yang memburuk, belanja konsumen yang lemah dan pertumbuhan kredit yang jatuh, yang membuat para analis menurunkan perkiraan pertumbuhan tahun ini.
Mengutip CNN International, Beijing telah melakukan serangkaian upaya dalam beberapa bulan terakhir untuk menopang pertumbuhan dengan melonggarkan peraturan pinjaman minggu lalu oleh bank sentral dan regulator keuangan membantu memberikan keringanan bagi para pembeli rumah.
Namun, para analis memperingatkan bahwa langkah-langkah tersebut hanya berdampak kecil dengan pemulihan pasar tenaga kerja yang melambat dan ekspektasi pendapatan rumah yang tidak pasti. Aktivitas pabrik di China juga menyusut selama 5 bulan berturut-turut di bulan Agustus dengan indeks manajer pembelian menunjukkan minggu lalu, terbebani kurangnya pesanan ekspor baru dan suku cadang impor.
Para pengusaha mengindikasikan harga produsen telah meningkat untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir, sebagai pertanda membaiknya permintaan domestik. Pengiriman Korea Selatan ke China sebagai indikator utama impor negara tersebut turun hanya seperlima bulan lalu, melemah dari penurunan 27,5% bulan sebelumnya.
China membukukan surplus perdagangan sebesar USD68,36 miliar di bulan Agustus, dibandingkan dengan perkiraan USD73,80 miliar dan angka bulan Juli sebesar USD80,6 miliar.
Berdasarkan jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom memperkirakan penurunan 9,2% pada ekspor dan penurunan 9,0% pada impor. Negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia ini berisiko kehilangan target pertumbuhan tahunan sekitar 5% karena para pejabat bergulat dengan kemerosotan properti yang memburuk, belanja konsumen yang lemah dan pertumbuhan kredit yang jatuh, yang membuat para analis menurunkan perkiraan pertumbuhan tahun ini.
Mengutip CNN International, Beijing telah melakukan serangkaian upaya dalam beberapa bulan terakhir untuk menopang pertumbuhan dengan melonggarkan peraturan pinjaman minggu lalu oleh bank sentral dan regulator keuangan membantu memberikan keringanan bagi para pembeli rumah.
Namun, para analis memperingatkan bahwa langkah-langkah tersebut hanya berdampak kecil dengan pemulihan pasar tenaga kerja yang melambat dan ekspektasi pendapatan rumah yang tidak pasti. Aktivitas pabrik di China juga menyusut selama 5 bulan berturut-turut di bulan Agustus dengan indeks manajer pembelian menunjukkan minggu lalu, terbebani kurangnya pesanan ekspor baru dan suku cadang impor.
Para pengusaha mengindikasikan harga produsen telah meningkat untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir, sebagai pertanda membaiknya permintaan domestik. Pengiriman Korea Selatan ke China sebagai indikator utama impor negara tersebut turun hanya seperlima bulan lalu, melemah dari penurunan 27,5% bulan sebelumnya.
China membukukan surplus perdagangan sebesar USD68,36 miliar di bulan Agustus, dibandingkan dengan perkiraan USD73,80 miliar dan angka bulan Juli sebesar USD80,6 miliar.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda