Hilirisasi MIND ID Dongrak Daya Saing RI
Kamis, 14 September 2023 - 21:28 WIB
Secara global, transisi kendaraan konvensional ke electric vehicle (EV) bergerak semakin cepat dan Indonesia menjadi salah satu pemain kunci. Nilai tambah dari hilirisasi produk tambang dan mineral pun sangat besar.
Nilai tambah bauksit menjadi barang setengah jadi seperti alumina misalnya, bisa mencapai 40%. Sementara jika diolah lagi dari alumina menjadi barang jadi aluminium nilai tambahnya meningkat menjadi 100%.
Untuk tembaga, dari bijih diolah menjadi konsentrat tembaga nilai tambahnya mencapai 95%. Sedangkan dari konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga nilai tambahnya naik lagi sekitar 5-7% menjadi 100%.
Nikel memang merupakan komoditas dengan jumlah cadangan terbesar di Indonesia. Data dari U.S. Geological Survey menyebutkan, cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama yakni mencapai 21 juta ton atau setara dengan 22% cadangan global. Produksi nikel Indonesia juga menempati peringkat pertama yakni sebesar satu juta ton.
Hilirisasi menjadi salah fokus pemerintah untuk mengakselerasi perekonomian nasional melalui penambahan nilai jual dari produk mentah menjadi setengah jadi ataupun produk jadi.
Riset McKinsey & Company, perusahaan konsultan manajemen bisnis global menyebut Indonesia berada di peringkat 1 sebagai produsen nikel terbesar di dunia, peringkat 2 produsen timah di dunia, peringkat 3 produsen batu bara, ranking 4 produsen bauksit, peringkat 10 produsen emas dan peringkat 12 konsentrat tembaga.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, peningkatan nilai tambah nikel sebagai salah satu komoditas mineral dapat mencapai 19 kali jika diolah menjadi bahan baku baterai.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan resmi yang dipublikasikan Biro Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyebutkan, untuk mencapai visi Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045, pemanfaatan dan optimalisasi komoditas mineral yang Indonesia miliki menjadi penting.
Pengolahan bahan mentah menjadi produk industri (hilirisasi) dan penerapan transformasi ekonomi menjadi salah satu kunci. Terlebih dengan meningkatnya permintaan pasar global terhadap komoditas mineral dan produk turunannya serta pengembangan produk teknologi ramah lingkungan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memainkan peran strategis di pasar global.
Nilai tambah bauksit menjadi barang setengah jadi seperti alumina misalnya, bisa mencapai 40%. Sementara jika diolah lagi dari alumina menjadi barang jadi aluminium nilai tambahnya meningkat menjadi 100%.
Untuk tembaga, dari bijih diolah menjadi konsentrat tembaga nilai tambahnya mencapai 95%. Sedangkan dari konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga nilai tambahnya naik lagi sekitar 5-7% menjadi 100%.
Nikel memang merupakan komoditas dengan jumlah cadangan terbesar di Indonesia. Data dari U.S. Geological Survey menyebutkan, cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama yakni mencapai 21 juta ton atau setara dengan 22% cadangan global. Produksi nikel Indonesia juga menempati peringkat pertama yakni sebesar satu juta ton.
Hilirisasi menjadi salah fokus pemerintah untuk mengakselerasi perekonomian nasional melalui penambahan nilai jual dari produk mentah menjadi setengah jadi ataupun produk jadi.
Riset McKinsey & Company, perusahaan konsultan manajemen bisnis global menyebut Indonesia berada di peringkat 1 sebagai produsen nikel terbesar di dunia, peringkat 2 produsen timah di dunia, peringkat 3 produsen batu bara, ranking 4 produsen bauksit, peringkat 10 produsen emas dan peringkat 12 konsentrat tembaga.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, peningkatan nilai tambah nikel sebagai salah satu komoditas mineral dapat mencapai 19 kali jika diolah menjadi bahan baku baterai.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan resmi yang dipublikasikan Biro Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyebutkan, untuk mencapai visi Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045, pemanfaatan dan optimalisasi komoditas mineral yang Indonesia miliki menjadi penting.
Pengolahan bahan mentah menjadi produk industri (hilirisasi) dan penerapan transformasi ekonomi menjadi salah satu kunci. Terlebih dengan meningkatnya permintaan pasar global terhadap komoditas mineral dan produk turunannya serta pengembangan produk teknologi ramah lingkungan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memainkan peran strategis di pasar global.
Mengakselerasi Nilai Tambah Komoditas
Sebagai holding perusahaan tambang, yang memegang mandat dari pemerintah, MIND ID melaju dengan beragam program dan proyek yang digarap untuk memberikan nilai lebih bagi bangsa dan negara. Salah satu pilar penting yang diusung adalah keberlanjutan. Pilar ini memiliki keterkaitan erat dengan pengelolaan sumber daya alam yang tetap menjaga kelestarian lingkungan, memberikan multiplier effect kepada masyarakat, serta menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
tulis komentar anda