Hilirisasi MIND ID Dongrak Daya Saing RI  

Kamis, 14 September 2023 - 21:28 WIB
Di tengah target pemerintah untuk mendorong masyarakat beralih menggunakan kendaraan listrik, maka yang dibutuhkan oleh industri otomotif adalah nikel. Di dalam negeri, produsen nikel terbesar adalah MIND ID. Foto/Dok
JAKARTA - Indonesia diyakini menjadi game changer dalam ekosistem kendaraan listrik yang menjadi salah satu upaya transisi energi menuju nol emisi yang menjadi kesepakatan global. Hal ini lantaran Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah dan tak dimiliki negara lainnya, salah satunya sumber daya dalam bentuk mineral seperti nikel, tembaga, bauksit, dan lainnya.

Dengan adanya kebijakan hilirisasi komoditas yang dilakukan pemerintah, diyakini tak sekadar memperkuat daya saing ekonomi nasional, tetapi juga memberikan multiplier effect terhadap beragam sektor industri. ‘’Hilirisasi itu penting, karena jangan sampai kita produksi mobil di dalam negeri tapi komponennya impor,” ujar Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara kepada SINDOnews Kamis (14/9/2023).



Di tengah target pemerintah untuk mendorong masyarakat beralih menggunakan kendaraan listrik, maka yang dibutuhkan oleh industri otomotif adalah nikel. Di dalam negeri, produsen nikel terbesar adalah MIND ID yang merupakan holding lima perusahaan tambang yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Timah Tbk (TINS). MIND ID saat ini menjalankan kebijakan hilirisasi dengan tiga fokus utama yaitu industri pertambangan dan mineral, industri batubara dan bahan bakar, serta agroindustri.

“Dengan adanya hilirisasi maka ada peluang untuk menghadirkan sebuah ekosistem yang terintegrasi. Tentunya untuk memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan pabrikan perlu diskusi lebih lanjut dengan MIND ID,” katanya.





Namun yang pasti, lanjut dia, dengan adanya hilirisasi yang dilakukan MIND ID bisa menghadirkan peluang yang besar untuk mengurangi ketergantungan terhadap komponen impor.

Sedangkan Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, hilirisasi merupakan langkah strategis yang bisa menhadirkan nilai tambah bagi negara dan industri. Karena produk hasil hilirisasi bisa langsung digunakan oleh industri di dalam negeri.

“Ada MIND ID yang mengelola bahan baku, itu bagus. Karena bisa memotong biaya produksi bagi industri. Salah satunya biaya logistik impor, tidak perlu lagi. Dengan adanya hilirisasi yang ada hanya biaya logistik domestik,”paparnya.

Dengan hilirisasi, lanjut Soerjopranoto, tidak ada ekspor raw material keluar negeri. Industri di dalam negeri pun bisa mendapatkan kepastian pasokan material yang dibutuhkan.

Dia mencontohkan, Hyundai membuat pabrik battery cell senilai USD1,6 miliar, ditambah dengan pembangunan battery management system USD60 juta yang membutuhkan pasokan bahan baku.

“Dengan membangun pabrik baterai harapannya raw material tidak diekspor tapi menjadi barang yang bisa langsung digunakan di dalam negeri,” tegasnya.

Keberadaan hilirisasi dapat memberikan dampak positif bagi perkonomian negara. Selain dapat meningkatkan nilai rantai pasok produksi, hilirisasi dapat menyelamatkan komoditas dari gejolak harga.

Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Muhammad Toha menilai, hilirisasi akan menghadirkan Peningkatan nilai tambah yang berlipat-lipat.

“Karena hilirisasi tak sekadar meningkatkan nilai tambah, tetapi juga menciptakan multiplier effect dan transfer teknologi,”sebutnya kepada SINDOnews.

Dengan adanya transfer teknologi, berpotensi mengakselerasi daya saing Indonesia.

Dalam proses hilirisasi, penyerapan tenaga kerja tinggi, kebutuhan barang dan jasa pendukung hilirisasi juga meningkat sehingga akan memberikan dampak positif bagi industri lainnya.

“Barang dan jasa yang akan berkembang karena dibutuhkan untuk men-support. Setiap proses dalam hilirasi menghadirkan nilai tambah,” katanya.

Hilirisasi, lanjut dia, menjadi akselerator langkah pemerintah mentransformasi ekonomi Indonesia dari berbasis komiditas menjadi berbasis industri. Tak sekadar nikel, hilirisasi dari bauksit, tembaga, dan timah juga akan memperkuat rantai pasok dalam ekosistem kendaraan listrik.

Secara global, transisi kendaraan konvensional ke electric vehicle (EV) bergerak semakin cepat dan Indonesia menjadi salah satu pemain kunci. Nilai tambah dari hilirisasi produk tambang dan mineral pun sangat besar.

Nilai tambah bauksit menjadi barang setengah jadi seperti alumina misalnya, bisa mencapai 40%. Sementara jika diolah lagi dari alumina menjadi barang jadi aluminium nilai tambahnya meningkat menjadi 100%.

Untuk tembaga, dari bijih diolah menjadi konsentrat tembaga nilai tambahnya mencapai 95%. Sedangkan dari konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga nilai tambahnya naik lagi sekitar 5-7% menjadi 100%.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More