Seperti ini Strategi Nyeleneh Korporasi Dunia, Bertahan Di Tengah Pandemi
Senin, 03 Agustus 2020 - 09:05 WIB
Pindad juga menjual ventilator tipe VRM yang dibandrol dengan harga Rp 10 juta – Rp 15 juta. Lebih murah dibandingkan dengan ventilator impor yang umumnya dijual dengan harga Rp 700 juta. Pindad bisa menjual ventilator dengan harga bersaing, karena memang menggunakan bahan baku dan komponen dari dalam negeri.
Perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT), PT Sri Rejeki Isman Tbk atau yang lebih popular dengan sebutan Sritex, tengah menghadapi kondisi sulit, karena ekspor yang turun. Padahal pasar eskpor menyumbang sekitar 65% pendapatan perusahaan. Kebijakan lockdown di beberapa negara membuat pendapatan perusahaan pun merosot.
Untuk mencegah kemosotan yang lebih jauh, perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia ini sekarang mengambil strategi diversifikasi tersebut dengan produk-produk seperti masker dan perlengkapan APD untuk dipasarkan di dalam negeri.
Langkah tersebut diambil sebagai antisipasi meluasnya dampak penurunan ekspor terhadap pendapatan perusahaan. Ditambah lagi saat ini produk-produk tersebut, baik masker dan APD merupakan produk yang paling banyak permintaan di Indonesia.
Menurut Direktur Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, upaya ini dilakukan agar pendapatan perusahaan tidak terlalu turun banyak dan menggenjot produk-produk yang kini banyak permintaannya.
Meski dianggap nyeleneh, upaya dari perusahaan-perusahaan ini bisa menjadi inspirasi. Mereka terus berusaha dan berinovasi, menolak untuk menyerah, saat kondisi bisnis terus tertekan akibat pandemi.
Perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT), PT Sri Rejeki Isman Tbk atau yang lebih popular dengan sebutan Sritex, tengah menghadapi kondisi sulit, karena ekspor yang turun. Padahal pasar eskpor menyumbang sekitar 65% pendapatan perusahaan. Kebijakan lockdown di beberapa negara membuat pendapatan perusahaan pun merosot.
Untuk mencegah kemosotan yang lebih jauh, perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia ini sekarang mengambil strategi diversifikasi tersebut dengan produk-produk seperti masker dan perlengkapan APD untuk dipasarkan di dalam negeri.
Langkah tersebut diambil sebagai antisipasi meluasnya dampak penurunan ekspor terhadap pendapatan perusahaan. Ditambah lagi saat ini produk-produk tersebut, baik masker dan APD merupakan produk yang paling banyak permintaan di Indonesia.
Menurut Direktur Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, upaya ini dilakukan agar pendapatan perusahaan tidak terlalu turun banyak dan menggenjot produk-produk yang kini banyak permintaannya.
Meski dianggap nyeleneh, upaya dari perusahaan-perusahaan ini bisa menjadi inspirasi. Mereka terus berusaha dan berinovasi, menolak untuk menyerah, saat kondisi bisnis terus tertekan akibat pandemi.
(eko)
tulis komentar anda