RI Harus Manfaatkan KTT APEC Summit 2023 untuk Diplomasi Perdagangan Sawit
Minggu, 29 Oktober 2023 - 22:30 WIB
Prof. Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H
Seperti diketahui Presiden Jokowi akan bertolak ke Amerika Serikat untuk menghadiri APEC Economic Leaders’ Meeting yang bertemakan 'Creating a Resilient and Sustainable Future for All' dan diselenggarakan di San Francisco pada tanggal 11-17 November.
Kegiatan ini merupakan forum kerja sama ekonomi regional yang terdiri dari 21 negara anggota di wilayah Asia Pasifik yang bertujuan untuk mendorong perdagangan dan investasi yang bebas, adil, dan terbuka serta memajukan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Ketuanrumahan Amerika Serikat dalam APEC tahun ini akan mengangkat isu keberlanjutan dan inklusivitas dengan membahas 3 agenda prioritas. Agenda pertama yang akan dibahas adalah Keterhubungan (Interconnected).
Negara kawasan anggota APEC perlu untuk bersatu padu dalam membangun kawasan Asia-Pasifik yang berketahanan dan saling terhubung guna memajukan kesejahteraan ekonomi.
Hal ini dapat diwujudkan melalui peningkatan infrastruktur, perjanjian perdagangan, dan integrasi ekonomi untuk menciptakan jaringan ekonomi yang lebih kuat di kawasan Asia-Pasifik.
Selain itu, implementasi Free Trade Area of Asia-Pacific yang lebih menekankan perdagangan yang berkeadilan dan balancing position antar-negara anggota APEC dengan menghilangkan hambatan perdagangan dan merujuk kepada Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) juga dapat mendukung connectivity dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan.
Agenda kedua dalam KTT APEC Summit kali ini adalah Inovasi (Innovative). Inovasi merupakan aspek penting dalam mendorong pertumbuhan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan khususnya di era ekonomi digital saat ini.
Terakhir, agenda yang dibahas adalah inklusivitas (inclusive). Hal ini mencerminkan komitmen untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan peluang di kawasan APEC terbuka bagi semua pihak, termasuk kelompok yang lebih rentan.
Hal ini sejalan dengan pandangan dari Frank J. Garcia yang menekankan kesetaraan hak moral, perlindungan HAM, dan mengutamakan negara dengan ekonomi terbelakang harus menjadi faktor utama dalam perdagangan internasional.
Seperti diketahui Presiden Jokowi akan bertolak ke Amerika Serikat untuk menghadiri APEC Economic Leaders’ Meeting yang bertemakan 'Creating a Resilient and Sustainable Future for All' dan diselenggarakan di San Francisco pada tanggal 11-17 November.
Kegiatan ini merupakan forum kerja sama ekonomi regional yang terdiri dari 21 negara anggota di wilayah Asia Pasifik yang bertujuan untuk mendorong perdagangan dan investasi yang bebas, adil, dan terbuka serta memajukan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Ketuanrumahan Amerika Serikat dalam APEC tahun ini akan mengangkat isu keberlanjutan dan inklusivitas dengan membahas 3 agenda prioritas. Agenda pertama yang akan dibahas adalah Keterhubungan (Interconnected).
Negara kawasan anggota APEC perlu untuk bersatu padu dalam membangun kawasan Asia-Pasifik yang berketahanan dan saling terhubung guna memajukan kesejahteraan ekonomi.
Hal ini dapat diwujudkan melalui peningkatan infrastruktur, perjanjian perdagangan, dan integrasi ekonomi untuk menciptakan jaringan ekonomi yang lebih kuat di kawasan Asia-Pasifik.
Selain itu, implementasi Free Trade Area of Asia-Pacific yang lebih menekankan perdagangan yang berkeadilan dan balancing position antar-negara anggota APEC dengan menghilangkan hambatan perdagangan dan merujuk kepada Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) juga dapat mendukung connectivity dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan.
Agenda kedua dalam KTT APEC Summit kali ini adalah Inovasi (Innovative). Inovasi merupakan aspek penting dalam mendorong pertumbuhan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan khususnya di era ekonomi digital saat ini.
Terakhir, agenda yang dibahas adalah inklusivitas (inclusive). Hal ini mencerminkan komitmen untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan peluang di kawasan APEC terbuka bagi semua pihak, termasuk kelompok yang lebih rentan.
Hal ini sejalan dengan pandangan dari Frank J. Garcia yang menekankan kesetaraan hak moral, perlindungan HAM, dan mengutamakan negara dengan ekonomi terbelakang harus menjadi faktor utama dalam perdagangan internasional.
tulis komentar anda