Pemerintah Anggarkan Rp6 Triliun Remajakan 180.000 Ha Kebun Sawit
Kamis, 02 November 2023 - 15:13 WIB
NUSA DUA - Pemerintah terus meningkatkan produktivitas kelapa sawit melalui peremajaan kebun sawit atau replanting. Sejak 2007, pemerintah telah melakukan replanting seluas 200.000 hektare (ha).
"Seluas 180.000 ha sedang dalam proses peremajaan tahun ini," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pembukaan IPOC 2023 bertajuk Enhanching Resiliency Amid Market Ucertainty, di Bali International Convention Center, Kamis (2/11/2023).
Dia mengatakan replanting tahun ini dianggarkan sebesar USD386 juta atau Rp6 triliun. Program replanting ini untuk mendorong produksi untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati yang terus meningkat.
Menurut Airlangga, populasi dunia diperkirakan akan mencapai 9,8 miliar pada 2050 dengan membutuhkan tambahan 200 juta ton produksi minyak nabati. Minyak kelapa sawit dapat memenuhi permintaan ini dengan menghasilkan 5 metrik ton per hektare dan hanya membutuhkan 40 juta ha lahan.
"Sebab itu, minyak kelapa sawit merupakan cara berkelanjutan dan efisien untuk memenuhi permintaan
minyak nabati," kata dia.
Di sisi lain, minyak kelapa sawit juga mendukung penyediaan bahan bakar transportasi yang lebih bersih seperti Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel). "Indonesia telah mengembangkan SAF yang dikenal sebagai bioavtur 2,4%," kata dia.
Dia optimistis melalui penanaman kembali atau replanting dapat memenuhi kebutuhan minyak nabati yang terus meningkat. Adapun minyak nabati jauh lebih sedikit dibandingkan minyak kedelai dan kanola. "Masing-masing membutuhkan lahan seluas 445 juta ha dan 290 juta ha," kata dia.
"Seluas 180.000 ha sedang dalam proses peremajaan tahun ini," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pembukaan IPOC 2023 bertajuk Enhanching Resiliency Amid Market Ucertainty, di Bali International Convention Center, Kamis (2/11/2023).
Dia mengatakan replanting tahun ini dianggarkan sebesar USD386 juta atau Rp6 triliun. Program replanting ini untuk mendorong produksi untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati yang terus meningkat.
Menurut Airlangga, populasi dunia diperkirakan akan mencapai 9,8 miliar pada 2050 dengan membutuhkan tambahan 200 juta ton produksi minyak nabati. Minyak kelapa sawit dapat memenuhi permintaan ini dengan menghasilkan 5 metrik ton per hektare dan hanya membutuhkan 40 juta ha lahan.
"Sebab itu, minyak kelapa sawit merupakan cara berkelanjutan dan efisien untuk memenuhi permintaan
minyak nabati," kata dia.
Di sisi lain, minyak kelapa sawit juga mendukung penyediaan bahan bakar transportasi yang lebih bersih seperti Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel). "Indonesia telah mengembangkan SAF yang dikenal sebagai bioavtur 2,4%," kata dia.
Dia optimistis melalui penanaman kembali atau replanting dapat memenuhi kebutuhan minyak nabati yang terus meningkat. Adapun minyak nabati jauh lebih sedikit dibandingkan minyak kedelai dan kanola. "Masing-masing membutuhkan lahan seluas 445 juta ha dan 290 juta ha," kata dia.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda