Pemerintah Bebal Kebijakan, Bikin Ekonomi Rontok -5,32%
Kamis, 06 Agustus 2020 - 09:01 WIB
Padalah sektor ini adalah sektor neraka bagi ekonomi karena menghisap devisa, melemahkan rupiah, menggerus perolehan ekspor, dan memelihara hutan rente ekonomi, yang menyakitkan. "Krisis ini adalah peluang untuk merontokkan drakula dan setan rente tersebut, yang menyebabkan biaya kesehatan dan harga obat mahal," kata dia.
Selain sektor kesehatan peluang krisis ini ada pada sektor pendidikan, kuncinya adalah mekanisme pendidikan normal baru secara daring. Tetapi pendidikan di kota dan Jakarta berbeda dengan pendidikan di desa dan luar jawa, yang macet karena tidak ada jaringan internet karena pemerintah kurang daya pikir padahal di sini peluang itu ada.
Parahnya lagi, pemerintah bergelut dengan permasalahan internalnya sendiri, koordinasi dan komunikasi yang buruk, kemarahan presiden yang tidak perlu, serta anggaran yang tidak terealisasi dengan memadai, tidak wajar. Hal itu bisa dilihat dari buruknya komunikasi pemerintah dari awal yang sangat kacau di mana ada puluhan blunder komunikasi yang membingungkan dalam kebijakan Covid-19.
Akhirnya meskipun kasus covid-19 terus meningkat, pemerintah pusat dipimpin Presiden Jokowi tetap membuka PSBB sehingga kasus Covid-19 sudah di atas 100 ribu. Tidak lama lagi, kasus itu akan mencapai 200 ribu bahkan sampai 3 kali dari kasus yang terjadin di China, tempat asal virus ini.
Apabila ini terus terjadi, tim pemerintah kacau dalam komunikasi, pemimpinnya gusar terhadap anak buah, tim tidak solid, maka covid-19 mustahil bisa diatasi dengan baik. "Jika covid-19 tidak bisa diatasi, jangan bermimpi bisa mengatasi resesi. Jika pandemi terus berkembang seperti sekarang, maka resesi akan berkepanjangan. Pemerintah akan kesulitan mengembalikan ekonomi tumbuh kembali," kata dia.
Selain sektor kesehatan peluang krisis ini ada pada sektor pendidikan, kuncinya adalah mekanisme pendidikan normal baru secara daring. Tetapi pendidikan di kota dan Jakarta berbeda dengan pendidikan di desa dan luar jawa, yang macet karena tidak ada jaringan internet karena pemerintah kurang daya pikir padahal di sini peluang itu ada.
Parahnya lagi, pemerintah bergelut dengan permasalahan internalnya sendiri, koordinasi dan komunikasi yang buruk, kemarahan presiden yang tidak perlu, serta anggaran yang tidak terealisasi dengan memadai, tidak wajar. Hal itu bisa dilihat dari buruknya komunikasi pemerintah dari awal yang sangat kacau di mana ada puluhan blunder komunikasi yang membingungkan dalam kebijakan Covid-19.
Akhirnya meskipun kasus covid-19 terus meningkat, pemerintah pusat dipimpin Presiden Jokowi tetap membuka PSBB sehingga kasus Covid-19 sudah di atas 100 ribu. Tidak lama lagi, kasus itu akan mencapai 200 ribu bahkan sampai 3 kali dari kasus yang terjadin di China, tempat asal virus ini.
Apabila ini terus terjadi, tim pemerintah kacau dalam komunikasi, pemimpinnya gusar terhadap anak buah, tim tidak solid, maka covid-19 mustahil bisa diatasi dengan baik. "Jika covid-19 tidak bisa diatasi, jangan bermimpi bisa mengatasi resesi. Jika pandemi terus berkembang seperti sekarang, maka resesi akan berkepanjangan. Pemerintah akan kesulitan mengembalikan ekonomi tumbuh kembali," kata dia.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda