4 Faktor Penting kenapa BI Harus Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6,00%
Kamis, 23 November 2023 - 07:57 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dinilai perlu mempertahankan suku bunga acuan pada level 6,00% di bulan ini. Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky menyebutkan, beberapa alasan yang membuat BI harus menjaga suku bunga.
"Terganggunya produksi beras akibat fenomena El Nino menyebabkan tekanan inflasi yang tidak terlalu besar pada Oktober 2023 dengan inflasi umum tercatat sebesar 2,56% (yoy), dalam kisaran target BI," ujar Riefky dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Pada sisa tahun 2023, inflasi pada November 2023 diperkirakan akan tetap rendah mengingat penurunan harga BBM nonsubsidi di awal bulan dan akan meningkat pada Desember 2023 akibat pengaruh musim libur Natal dan Tahun Baru.
"Secara keseluruhan, inflasi pada tahun 2023 diperkirakan berada di bawah 3%, sesuai kisaran sasaran BI," kata Riefky.
Di sisi lain, neraca perdagangan pada bulan Oktober mencatatkan peningkatan surplus menjadi USD3,48 miliar didukung oleh penurunan ekspor dan impor yang tidak terlalu parah dibandingkan bulan sebelumnya.
"Selain itu, Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah BI mengambil keputusan untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan Oktober 2023 dan the Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunganya," sambung Riefky.
Mata uang lainnya, seperti Baht Thailand, Ringgit Malaysia, dan Lira Turki mengindikasikan depresiasi sepanjang tahun ini, berkisar antara 0,7% (Rupee India) hingga 100,3% (Peso Argentina).
"Terganggunya produksi beras akibat fenomena El Nino menyebabkan tekanan inflasi yang tidak terlalu besar pada Oktober 2023 dengan inflasi umum tercatat sebesar 2,56% (yoy), dalam kisaran target BI," ujar Riefky dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Pada sisa tahun 2023, inflasi pada November 2023 diperkirakan akan tetap rendah mengingat penurunan harga BBM nonsubsidi di awal bulan dan akan meningkat pada Desember 2023 akibat pengaruh musim libur Natal dan Tahun Baru.
"Secara keseluruhan, inflasi pada tahun 2023 diperkirakan berada di bawah 3%, sesuai kisaran sasaran BI," kata Riefky.
Di sisi lain, neraca perdagangan pada bulan Oktober mencatatkan peningkatan surplus menjadi USD3,48 miliar didukung oleh penurunan ekspor dan impor yang tidak terlalu parah dibandingkan bulan sebelumnya.
"Selain itu, Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah BI mengambil keputusan untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan Oktober 2023 dan the Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunganya," sambung Riefky.
Mata uang lainnya, seperti Baht Thailand, Ringgit Malaysia, dan Lira Turki mengindikasikan depresiasi sepanjang tahun ini, berkisar antara 0,7% (Rupee India) hingga 100,3% (Peso Argentina).
Lihat Juga :
tulis komentar anda