Mengurai Makna Konstruksi Berkelanjutan di Indonesia lewat OGRA 2023 Asia
Jum'at, 01 Desember 2023 - 12:30 WIB
Country Director Onduline Indonesia, Esther Pane, turut memberikan dua jempol untuk rancang bangun rumah tinggal yang menonjolkan respons atas berbagai isu teknologi, lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya yang memengaruhi konstruksi kontemporer, dan menawarkan solusi visioner terhadap cara kita membangun.
“Arsitek dan profesi arsitektur lainnya merupakan bagian penting untuk pertumbuhan bisnis kami. Mereka sangat memahami komitmen kami mengenai bangunan dan material ramah lingkungan yang membawa dampak positif terhadap bumi. Tujuan akhir kompetisi ini bukan award melainkan membangun dunia lebih baik. Maka itu, kami memilih karya desain bangunan yang memihak pada alam dan manusia, dengan tetap mempertahankan sisi estetiknya,” katanya di tengah-tengah seremoni penghargaan OGRA 2023 ASIA.
Ketua GBCI Iwan Prijanto menyatakan, penilaian karya sangat mempertimbangkan potensi rancang atap yang mudah diterapkan, selain memenuhi kriteria sehat, nyaman, estetik dan ramah lingkungan.
Menurutnya sudah semestinya para arsitek dan desainer Indonesia melahirkan solusi perancangan yang tidak hanya berputar di situ-situ saja. Sebab, kota-kota dunia tidak lagi berlomba untuk menunjukkan kemegahan, melainkan menunjukkan kecerdasan khususnya dalam menggunakan dan mengelola sumber daya.
Upaya total NetZero tidak akan tercapai bila perilaku dan desain bangunan kita masih boros sumber daya. Ide yang terlahir dari seluruh peserta OGRA ini diharapkan dapat menjadi pilihan solusi untuk mewujudkan Net Zero Healthy Building yang efektif sehingga mampu mengurangi laju pertumbuhan emisi karbon ke lingkungan,” pungkasnya.
“Sustainable itu perlu upaya sistemik dan komprehensif multidisiplin yang harus dilakukan sejak penentuan dan perancangan tapak, pemilihan material bangunan, hingga merancang massa bangunannya agar menghasilkan nilai tambah dan estetika tinggi namun dengan sumber daya konstruksi dan operasi serendah mungkin. Kemenangan para arsitek Indonesia ini tentu akan menaikkan kualitas desain arsitektur Tanah Air di skala Asia, dan otomatis juga akan membawa semangat bertumbuhnya dunia arsitektur nasional,” paparnya.
Sementara itu Prinsipal Architect Archimetric, Ivan Priatman mengatakan, mentransformasi peradaban Indonesia menuju pembangunan yang hemat energi dan berdampak rendah adalah sebuah keniscayaan. Selama ini paling besar penggunaan energi pada bangunan disebabkan oleh proses-proses menciptakan iklim buatan dalam ruangan melalui pemanasan, pendinginan, ventilasi dan pencahayaan. Konsumsi energi umumnya memakan minimal 25% dari total biaya operasional.
Manifestasinya bisa dimulai dari pengendalian diri konsumsi energi dilanjutkan dengan pemanfaatan metode dan teknologi efisensi energi dan memaksimalkan penggunaan renewable energy.
“Konsep bangunan hemat energi memang memungkinkan biaya pembangunan besar di awal, namun dengan mendorong penghuni untuk menggunakan analis biaya siklus, mereka dapat melihat keuntungan dari rumah hemat energi dalam jangka panjang, baik secara biaya operasional maupun biaya pemeliharaan,” ujarnya.
Di sisi lain, Arsitek dan Perencana Kota asal Filipina, Felino 'Jun' Palafox Jr mengatakan, pihaknya telah diminta Onduline untuk menilai secara profesional dan keilmuan desain rumah tinggal yang fokus pada solusi atap berkelanjutan. Ia memuji kualitas peserta.
“Arsitek dan profesi arsitektur lainnya merupakan bagian penting untuk pertumbuhan bisnis kami. Mereka sangat memahami komitmen kami mengenai bangunan dan material ramah lingkungan yang membawa dampak positif terhadap bumi. Tujuan akhir kompetisi ini bukan award melainkan membangun dunia lebih baik. Maka itu, kami memilih karya desain bangunan yang memihak pada alam dan manusia, dengan tetap mempertahankan sisi estetiknya,” katanya di tengah-tengah seremoni penghargaan OGRA 2023 ASIA.
Ketua GBCI Iwan Prijanto menyatakan, penilaian karya sangat mempertimbangkan potensi rancang atap yang mudah diterapkan, selain memenuhi kriteria sehat, nyaman, estetik dan ramah lingkungan.
Menurutnya sudah semestinya para arsitek dan desainer Indonesia melahirkan solusi perancangan yang tidak hanya berputar di situ-situ saja. Sebab, kota-kota dunia tidak lagi berlomba untuk menunjukkan kemegahan, melainkan menunjukkan kecerdasan khususnya dalam menggunakan dan mengelola sumber daya.
Upaya total NetZero tidak akan tercapai bila perilaku dan desain bangunan kita masih boros sumber daya. Ide yang terlahir dari seluruh peserta OGRA ini diharapkan dapat menjadi pilihan solusi untuk mewujudkan Net Zero Healthy Building yang efektif sehingga mampu mengurangi laju pertumbuhan emisi karbon ke lingkungan,” pungkasnya.
“Sustainable itu perlu upaya sistemik dan komprehensif multidisiplin yang harus dilakukan sejak penentuan dan perancangan tapak, pemilihan material bangunan, hingga merancang massa bangunannya agar menghasilkan nilai tambah dan estetika tinggi namun dengan sumber daya konstruksi dan operasi serendah mungkin. Kemenangan para arsitek Indonesia ini tentu akan menaikkan kualitas desain arsitektur Tanah Air di skala Asia, dan otomatis juga akan membawa semangat bertumbuhnya dunia arsitektur nasional,” paparnya.
Sementara itu Prinsipal Architect Archimetric, Ivan Priatman mengatakan, mentransformasi peradaban Indonesia menuju pembangunan yang hemat energi dan berdampak rendah adalah sebuah keniscayaan. Selama ini paling besar penggunaan energi pada bangunan disebabkan oleh proses-proses menciptakan iklim buatan dalam ruangan melalui pemanasan, pendinginan, ventilasi dan pencahayaan. Konsumsi energi umumnya memakan minimal 25% dari total biaya operasional.
Manifestasinya bisa dimulai dari pengendalian diri konsumsi energi dilanjutkan dengan pemanfaatan metode dan teknologi efisensi energi dan memaksimalkan penggunaan renewable energy.
“Konsep bangunan hemat energi memang memungkinkan biaya pembangunan besar di awal, namun dengan mendorong penghuni untuk menggunakan analis biaya siklus, mereka dapat melihat keuntungan dari rumah hemat energi dalam jangka panjang, baik secara biaya operasional maupun biaya pemeliharaan,” ujarnya.
Di sisi lain, Arsitek dan Perencana Kota asal Filipina, Felino 'Jun' Palafox Jr mengatakan, pihaknya telah diminta Onduline untuk menilai secara profesional dan keilmuan desain rumah tinggal yang fokus pada solusi atap berkelanjutan. Ia memuji kualitas peserta.
tulis komentar anda