Sampah Organik Bisa Jadi Solusi Regeneratif Hadapi Perubahan Iklim
Jum'at, 08 Desember 2023 - 15:30 WIB
JAKARTA - Sampah organik seperti sisa makanan yang dihasilkan dari rumah tangga masih menyumbang pelepasan emisi gas rumah kaca. Padahal, sampah organik masih bisa dikelola dan dimanfaatkan secara regeneratif sebagai solusi dari perubahan iklim.
Demikian terungkap pada sesi diskusi panel yang bertajuk 'Transforming Organic Waste, Towards Regenerative Climate Solutions' di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab.
Hadir sebagai pembicara pada diskusi tersebut Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar, Direktur Strategi dan Pembangunan Berkelanjutan di Djarum Foundation Jemmy Chayadi, Founder Kertabumi Recycling, dan Chief Sustainability Officer VRM Biologik Rowell Soon.
Menurut Novrizal, sebanyak 40,38% dari total sampah yang dihasilkan pada tahun 2022 adalah sampah sisa makanan. Sebagian besar sampah dihasilkan dari rumah tangga. "Jika tidak dikelola maka akan menghasilkan gas rumah kaca yaitu metana," kata dia dalam pernyataannya, Jumat (8/12/2023).
Lebih Lanjut, kalau sebagian besar sampah organik yang dihasilkan saat ini masih bercampur dengan sampah jenis lain dan hanya berakhir di tempat pembuangan akhir. Oleh karena itu, Novrizal menyatakan, sangat penting untuk mengelola sampah sejak di tingkat rumah tangga.
"Pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga bisa mengurangi emisi GRK hingga 6,83 juta ton setara CO2," katanya.
Novrizal mengungkapkan sudah banyak inisiatif untuk mendorong pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga. Salah satunya dilakukan oleh Djarum Foundation di Kabupaten Kudus, Jawa Timur.
Menurut Jemmy Chayadi, pihaknya membantu pengolahan sampah organik di Kota Kudus menjadi pupuk kompos yang diperkaya bahan organik, HumiSoil. "HumiSoil kami gunakan dalam kegiatan penanaman pohon," kata dia.
Dia menjelaskan, upaya Djarum Foundation untuk mendukung pengelolaan sampah organik dimulai pada tahun 2018. Pihaknya menggandeng banyak pihak untuk bekerja sama melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah. Saat ini sudah ada 312 mitra yang terdiri dari rumah tangga, restoran, kantor pemerintahan hotel, dan lain-lain.
Saat ini, Djarum Foundation telah ikut membantu pengelolaan sampah organik di Kabupaten Kudus sekitar 21% dari total sampah organik yang dihasilkan. Tahun 2022 lalu, sampah organik yang dikelola itu menghasilkan 7.129 m3 HumiSoil. Jemmy menyatakan, pihaknya akan terus melakukan perluasan upaya pengelolaan sampah organik dengan menggandeng berbagai pihak terkait.
Demikian terungkap pada sesi diskusi panel yang bertajuk 'Transforming Organic Waste, Towards Regenerative Climate Solutions' di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab.
Hadir sebagai pembicara pada diskusi tersebut Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar, Direktur Strategi dan Pembangunan Berkelanjutan di Djarum Foundation Jemmy Chayadi, Founder Kertabumi Recycling, dan Chief Sustainability Officer VRM Biologik Rowell Soon.
Menurut Novrizal, sebanyak 40,38% dari total sampah yang dihasilkan pada tahun 2022 adalah sampah sisa makanan. Sebagian besar sampah dihasilkan dari rumah tangga. "Jika tidak dikelola maka akan menghasilkan gas rumah kaca yaitu metana," kata dia dalam pernyataannya, Jumat (8/12/2023).
Lebih Lanjut, kalau sebagian besar sampah organik yang dihasilkan saat ini masih bercampur dengan sampah jenis lain dan hanya berakhir di tempat pembuangan akhir. Oleh karena itu, Novrizal menyatakan, sangat penting untuk mengelola sampah sejak di tingkat rumah tangga.
"Pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga bisa mengurangi emisi GRK hingga 6,83 juta ton setara CO2," katanya.
Novrizal mengungkapkan sudah banyak inisiatif untuk mendorong pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga. Salah satunya dilakukan oleh Djarum Foundation di Kabupaten Kudus, Jawa Timur.
Menurut Jemmy Chayadi, pihaknya membantu pengolahan sampah organik di Kota Kudus menjadi pupuk kompos yang diperkaya bahan organik, HumiSoil. "HumiSoil kami gunakan dalam kegiatan penanaman pohon," kata dia.
Dia menjelaskan, upaya Djarum Foundation untuk mendukung pengelolaan sampah organik dimulai pada tahun 2018. Pihaknya menggandeng banyak pihak untuk bekerja sama melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah. Saat ini sudah ada 312 mitra yang terdiri dari rumah tangga, restoran, kantor pemerintahan hotel, dan lain-lain.
Saat ini, Djarum Foundation telah ikut membantu pengelolaan sampah organik di Kabupaten Kudus sekitar 21% dari total sampah organik yang dihasilkan. Tahun 2022 lalu, sampah organik yang dikelola itu menghasilkan 7.129 m3 HumiSoil. Jemmy menyatakan, pihaknya akan terus melakukan perluasan upaya pengelolaan sampah organik dengan menggandeng berbagai pihak terkait.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda