Bauran EBT Masih Jauh dari Target, Menteri ESDM Salahkan Covid
Jum'at, 22 Desember 2023 - 09:55 WIB
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bauran energi baru dan terbarukan ( EBT ) masih jauh dari target 23 persen di 2025. Salah satu faktor penyebab ialah terjadinya pandemi Covid-19.
"Apa yang kita capai sekarang masih jauh kurang lebih 60 persen dari target. Padahal waktu tinggal 2 tahun lagi," jelasnya dalam acara Seminar Nasional Outlook Pereonomian Indonesia 2024, Jumat (22/12/2023).
Dia mengakui pengembangan EBT masih terhambat pembangunan infrastruktur. Selama ini, infrastruktur sudah menjadi program yang dibuat pemerintah. "Infrastruktur sudah kita programkan, kita harus bisa membangun jaringan transmisi EBT yang demikian banyak terdapat sumbernya di Indonesia," tuturnya.
Arifin juga mengakui bahwa pemerintah masih harus memperbaiki regulasi atau kebijakan yang dapat menari investasi.
"Kita harus perbaiki lagi regulasi-regulasi, kebijaka-kebijakan yang memang bisa menarik invetsasi. Kita harus create demand bagaimana demand listrik yang tumbuh cukup signifikan kedepan itu semua diisi oleh EBT," imbuhnya.
Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif sebelumnya mengungkapkan saat ini Indonesia masih bergantung pada energi yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
"Saat ini ketergantungan indonesia terhadap energi fosil masih sangat tinggi di mana pada bauran energi primer per Agustus 2023, porsi batubara 38,8%," jelasnya.
Irwandy menuturkan, selain batu bara, RI juga masih bergantung pada sumber energi fosil lainnya seperti minyak bumi dimana pada periode yang sama tercatat 31,6%, sedangkan gas bumi 17,4%. Di sisi lain, pemanfaatan bauran EBT hanya sebesar 12,2%.
"Sektor migas masih merupakan SDA yang memiliki kontribusi besar terhadap negara meningkatkan ketahanan energi nasional maupun sebagai sumber penerimaan negara," jelasnya.
"Apa yang kita capai sekarang masih jauh kurang lebih 60 persen dari target. Padahal waktu tinggal 2 tahun lagi," jelasnya dalam acara Seminar Nasional Outlook Pereonomian Indonesia 2024, Jumat (22/12/2023).
Dia mengakui pengembangan EBT masih terhambat pembangunan infrastruktur. Selama ini, infrastruktur sudah menjadi program yang dibuat pemerintah. "Infrastruktur sudah kita programkan, kita harus bisa membangun jaringan transmisi EBT yang demikian banyak terdapat sumbernya di Indonesia," tuturnya.
Arifin juga mengakui bahwa pemerintah masih harus memperbaiki regulasi atau kebijakan yang dapat menari investasi.
"Kita harus perbaiki lagi regulasi-regulasi, kebijaka-kebijakan yang memang bisa menarik invetsasi. Kita harus create demand bagaimana demand listrik yang tumbuh cukup signifikan kedepan itu semua diisi oleh EBT," imbuhnya.
Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif sebelumnya mengungkapkan saat ini Indonesia masih bergantung pada energi yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
"Saat ini ketergantungan indonesia terhadap energi fosil masih sangat tinggi di mana pada bauran energi primer per Agustus 2023, porsi batubara 38,8%," jelasnya.
Irwandy menuturkan, selain batu bara, RI juga masih bergantung pada sumber energi fosil lainnya seperti minyak bumi dimana pada periode yang sama tercatat 31,6%, sedangkan gas bumi 17,4%. Di sisi lain, pemanfaatan bauran EBT hanya sebesar 12,2%.
"Sektor migas masih merupakan SDA yang memiliki kontribusi besar terhadap negara meningkatkan ketahanan energi nasional maupun sebagai sumber penerimaan negara," jelasnya.
(nng)
tulis komentar anda