Masyarakat Jadi Melek Investasi Akibat Pandemi
Selasa, 11 Agustus 2020 - 10:44 WIB
Meski demikian, pencapaian jumlah investor ritel pada masa pandemi harus bisa dioptimalkan untuk pasar modal Indonesia. Hal ini seperti dikatakan pengamat pasar modal pendiri LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo.
Menurutnya, capaian tersebut memiliki beberapa tantangan terutama agar para investor menjadi lebih aktif bertransaksi. Dengan aktif bertransaksi, dampaknya diharapkan dapat meningkatkan likuiditas di pasar modal serta meningkatkan kapitalisasi pasar. Tidak ketinggalan dampak lainnya adalah meredam pasar dari guncangan volatilitas yang semakin besar dalam kondisi serba ketidakpastian saat ini. (Baca juga: Negara Teluk Minta PBB Perpanjang Embargo Senjata, Iran Kesal)
Karena itu, dia juga mengingatkan pentingnya mendorong peran dari stakeholder khususnya Self-Regulatory Organization (SRO) untuk meningkatkan literasi dan inklusivitas dalam orientasi membentuk kebijakan. Semuanya akan berujung agar pasar modal sustainable.
“Pelaku pasar tentu akan tergantung kondisi pasar dan regulasi. Mekanisme transaksi harus dibenahi untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Agar investor aktif bertransaksi maka SRO harus mau aktif terus memantau dinamika pasar yang kini berubah sangat cepat,” ujar Lucky saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Komisaris OJK Wimboh Santoso mengatakan OJK juga akan terus memulihkan kinerja pasar modal, terutama IHSG yang menurun hingga 18,3%. Saat ini fokus OJK terutama adalah recovery agar bisa menjaga stabilitas pasar keuangan. Pasalnya, pasar keuangan merupakan kunci utama dalam menyukseskan proses pemulihan ekonomi. (Lihat videonya: Kecelakaan Maut Tol Cipali, 8 Orang Tewas)
Tantangan industri pasar modal memang cukup berat. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat merasa khawatir akan ketahanan pasar modal Indonesia saat menghadapi pandemi ini. Tentunya kekhawatiran ini beralasan karena menimbulkan ketidakpastian dan mengurangi kepercayaan investasi. Namun, keraguannya ternyata tidak terbukti disebabkan BEI telah menjaga kepercayaan investor.
“Bahkan, pasar modal kita tetap dapat menorehkan kinerja, yang ini dibuktikan adanya 35 IPO baru tahun ini dan penambahan produk lainnya. Itu jumlah IPO tertinggi di antara bursa ASEAN sepanjang 2020. Jumlah investor Indonesia juga mencapai 3 juta atau naik 3 kali lipat dalam 3 tahun terakhir. Saya sangat apresiasi pencapaian ini,” kata Presiden Jokowi. (Rina Anggraeni/Hafid Fuad)
Menurutnya, capaian tersebut memiliki beberapa tantangan terutama agar para investor menjadi lebih aktif bertransaksi. Dengan aktif bertransaksi, dampaknya diharapkan dapat meningkatkan likuiditas di pasar modal serta meningkatkan kapitalisasi pasar. Tidak ketinggalan dampak lainnya adalah meredam pasar dari guncangan volatilitas yang semakin besar dalam kondisi serba ketidakpastian saat ini. (Baca juga: Negara Teluk Minta PBB Perpanjang Embargo Senjata, Iran Kesal)
Karena itu, dia juga mengingatkan pentingnya mendorong peran dari stakeholder khususnya Self-Regulatory Organization (SRO) untuk meningkatkan literasi dan inklusivitas dalam orientasi membentuk kebijakan. Semuanya akan berujung agar pasar modal sustainable.
“Pelaku pasar tentu akan tergantung kondisi pasar dan regulasi. Mekanisme transaksi harus dibenahi untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Agar investor aktif bertransaksi maka SRO harus mau aktif terus memantau dinamika pasar yang kini berubah sangat cepat,” ujar Lucky saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Komisaris OJK Wimboh Santoso mengatakan OJK juga akan terus memulihkan kinerja pasar modal, terutama IHSG yang menurun hingga 18,3%. Saat ini fokus OJK terutama adalah recovery agar bisa menjaga stabilitas pasar keuangan. Pasalnya, pasar keuangan merupakan kunci utama dalam menyukseskan proses pemulihan ekonomi. (Lihat videonya: Kecelakaan Maut Tol Cipali, 8 Orang Tewas)
Tantangan industri pasar modal memang cukup berat. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat merasa khawatir akan ketahanan pasar modal Indonesia saat menghadapi pandemi ini. Tentunya kekhawatiran ini beralasan karena menimbulkan ketidakpastian dan mengurangi kepercayaan investasi. Namun, keraguannya ternyata tidak terbukti disebabkan BEI telah menjaga kepercayaan investor.
“Bahkan, pasar modal kita tetap dapat menorehkan kinerja, yang ini dibuktikan adanya 35 IPO baru tahun ini dan penambahan produk lainnya. Itu jumlah IPO tertinggi di antara bursa ASEAN sepanjang 2020. Jumlah investor Indonesia juga mencapai 3 juta atau naik 3 kali lipat dalam 3 tahun terakhir. Saya sangat apresiasi pencapaian ini,” kata Presiden Jokowi. (Rina Anggraeni/Hafid Fuad)
(ysw)
tulis komentar anda