Reformasi Ekonomi Presiden Nyentrik Argentina Bikin Inflasi Tembus 200%

Minggu, 14 Januari 2024 - 08:25 WIB
Masyarakat mengais tempat sampah untuk mencari bahan makanan setelah inflasi menggila mencapai 200% lebih di Argentina. Foto/AP
JAKARTA - Inflasi tahunan di Argentina melebihi 211% pada tahun 2023, yang merupakan angka tertinggi dalam lebih dari tiga dekade, menurut data terbaru yang dirilis oleh badan statistik pemerintah INDEC. Lonjakan inflasi tersebut mengiringi reformasi ekonomi yang dilakukan presidenbaru negara tersebut, Javier Milei.

Kenaikan harga di Argentina dari tahun ke tahun juga telah mendorong negara ini melampaui Venezuela untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Hal ini menjadikan negara Amerika Selatan tersebut menduduki peringkat tertinggi di antara negara-negara yang berjuang melawan melonjaknya inflasi.





Data tersebut menggarisbawahi dampak kuat dari serangkaian tindakan yang mengejutkan di negara tersebut, termasuk devaluasi mata uang negara tersebut sebesar 54% menjadi 800 peso per dolar AS (USD). Presiden Javier Milei, juga menaikkan suku bunga utama menjadi 133%, dalam upaya untuk menjinakkan mata uang. Pemerintah juga membiarkan perjanjian penetapan harga tidak berlaku lagi.

Inflasi tahunan meningkat lebih dari dua kali lipat dari tingkat tahun 2022 yang hampir 95%. Sementara itu, inflasi bulanan mencapai 25,5% pada bulan Desember, naik dari 12,8% pada bulan November namun sedikit di bawah 30% yang diproyeksikan oleh pemerintah negara tersebut.

Awal pekan ini, Dana Moneter Internasional (IMF) setuju untuk memberikan dana sebesar USD4,7 miliar kepada Argentina sebagai bagian dari rencana restrukturisasi utang, meskipun terdapat fakta bahwa negara tersebut telah gagal memenuhi target terkait program pinjaman sebesar USD43 miliar.



Langkah-langkah drastis yang diambil oleh pemerintahan baru telah memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap harga-harga di dalam negeri dan harga pangan pada khususnya.

Daya beli masyarakat Argentina turun rata-rata sekitar 10% pada bulan Desember karena kenaikan upah lebih lambat dibandingkan kenaikan harga, menurut Fernando Marull, direktur konsultan keuangan FMyA, seperti dikutip oleh FT, Minggu (14/1/2024).

Selain itu, jajak pendapat rutin yang dilakukan oleh Federasi Bisnis Menengah Argentina terhadap pengecer menunjukkan penurunan penjualan sebesar 13,7% pada bulan Desember dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2022.

Menurut Marull, inflasi dan aktivitas ekonomi akan tetap "mengerikan" setidaknya hingga bulan Januari dan Februari. "Setelah itu, jika rencana ekonomi Milei berhasil, kita akan mulai melihat adanya pemulihan," ujarnya.
(fjo)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More