Rusia Ungkap Kemajuan Mega Proyek Pipa Gas Baru Berjuluk Power of Siberia ke China
Jum'at, 26 Januari 2024 - 05:43 WIB
JAKARTA - Rusia mengungkapkan kemajuan terkait mega proyek pipa gas dengan julukan Power of Siberia 2, yang nantinya bakal mengirimkan gas alam Rusia ke China . Sementara itu terkait dengan target dan biaya pembangunan pipa gas raksasa tersebut baru akan diumumkan setelah Moskow dan Beijing menandatangani perjanjian yang mengikat.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Aleksandr Novak pada hari Kamis (25/1) kemarin. Ia juga mengungkapkan, analisis teknis dan ekonomi sudah dilakukan dan bahwa basis sumber daya dan parameter teknologi awal untuk pipa baru juga telah dinilai.
Power of Siberia 2 diproyeksikan bisa mengirim 50 miliar meter kubik (bcm) gas setiap tahun dari Wilayah Yamal di Rusia utara ke China melalui Mongolia. Jumlah tersebut hampir sama dengan pipa Nord Stream 1 yang sekarang menganggur di bawah Laut Baltik, setelah rusak akibat ledakan misterius pada September 2022, lalu.
Selain itu Wakil perdana menteri juga menyoroti melonjaknya ekspor gas ke China melalui jalur pipa yang ada saat ini yakni, Power of Siberia.
"Diversifikasi ekspor gas Rusia ke pasar baru terus berlanjut dengan fokusnya pada kerja sama yang lebih dalam dengan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Kami dengan cepat meningkatkan ekspor gas ke China melalui pipa Power of Siberia, dan proyek rute Timur Jauh dengan kapasitas 10 bcm sedang dilaksanakan," kata Novak.
Sebagai informasi, Rusia saat ini memasok gas ke China melalui Power of Siberia, bagian dari apa yang disebut Rute Timur, di bawah perjanjian bilateral selama 30 tahun. Pengiriman sudah dimulai sejak 2019, dan pipa tersebut diharapkan mencapai kapasitas operasional penuh 38 bcm gas alam setiap tahun pada 2025.
Gazprom sendiri telah melaporkan mencapai rekor ekspor gas harian ke China, sebanyak sembilan kali sejak awal 2023. Selanjutnya diperkirakan bahwa pasokan gas ke mitra dagang utama Rusia akan tumbuh lebih lanjut berkat melonjaknya permintaan.
Setelah semua pipa beroperasi penuh, volume pasokan gas Rusia ke China bisa mencapai hampir 100 bcm per tahun.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Aleksandr Novak pada hari Kamis (25/1) kemarin. Ia juga mengungkapkan, analisis teknis dan ekonomi sudah dilakukan dan bahwa basis sumber daya dan parameter teknologi awal untuk pipa baru juga telah dinilai.
Power of Siberia 2 diproyeksikan bisa mengirim 50 miliar meter kubik (bcm) gas setiap tahun dari Wilayah Yamal di Rusia utara ke China melalui Mongolia. Jumlah tersebut hampir sama dengan pipa Nord Stream 1 yang sekarang menganggur di bawah Laut Baltik, setelah rusak akibat ledakan misterius pada September 2022, lalu.
Selain itu Wakil perdana menteri juga menyoroti melonjaknya ekspor gas ke China melalui jalur pipa yang ada saat ini yakni, Power of Siberia.
"Diversifikasi ekspor gas Rusia ke pasar baru terus berlanjut dengan fokusnya pada kerja sama yang lebih dalam dengan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Kami dengan cepat meningkatkan ekspor gas ke China melalui pipa Power of Siberia, dan proyek rute Timur Jauh dengan kapasitas 10 bcm sedang dilaksanakan," kata Novak.
Sebagai informasi, Rusia saat ini memasok gas ke China melalui Power of Siberia, bagian dari apa yang disebut Rute Timur, di bawah perjanjian bilateral selama 30 tahun. Pengiriman sudah dimulai sejak 2019, dan pipa tersebut diharapkan mencapai kapasitas operasional penuh 38 bcm gas alam setiap tahun pada 2025.
Gazprom sendiri telah melaporkan mencapai rekor ekspor gas harian ke China, sebanyak sembilan kali sejak awal 2023. Selanjutnya diperkirakan bahwa pasokan gas ke mitra dagang utama Rusia akan tumbuh lebih lanjut berkat melonjaknya permintaan.
Setelah semua pipa beroperasi penuh, volume pasokan gas Rusia ke China bisa mencapai hampir 100 bcm per tahun.
(akr)
tulis komentar anda