Luhut Buka Peluang Kembangkan Baterai LFP Bareng China, Bagaimana Nasib Nikel RI?
Senin, 29 Januari 2024 - 15:44 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan membuka peluang, pengembangan baterai kendaraan listrik berbasis lithium ferro phosphate (LFP) bersama China. Hal itu diungkapkan Luhut melalui akun Instagram pribadinya untuk merespons Co Captain Timnas AMIN Tom Lembong yang mengungkit mobil listrik Tesla buatan China seluruhnya memakai baterai LFP .
LFP digadang-gadang menjadi pesaing Nickel Manganese Cobalt Oxide (NMC) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. Sebab, perusahaan global seperti Tesla disebut sudah melirik LFP sehingga mengancam permintaan nikel yang marak diproduksi di Indonesia.
"Nah kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok. Tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan Tiongkok maupun dengan lain-lain," ungkap Luhut, Rabu (24/1).
Luhut juga membantah pernyataan Thomas Lembong soal 100% kendaraan Tesla produksi China menggunakan baterai LFP. Perusahaan mobil listrik milik Elon Musk itu, kata dia, masih menggunakan nikel untuk baterai kendaraan listriknya.
“Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP atau lithium ferro phosphate untuk mobil listriknya. Mereka masih tetap gunakan nickel based battery. Jadi seperti suplai nickel based battery itu dilakukan oleh LG Korea Selatan untuk model mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai,” ujar Luhut.
Baterai LFP atau Lithium Iron Phosphate, telah menjadi perbincangan hangat dalam berbagai industri. Termasuk dalam debat Cawapres Pilpres 2024 beberapa waktu lalu. Keunggulan LFP membuat sebagian pabrikan memilih menggunakan baterai tersebut untuk kendaraan listriknya, dibandingkan baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt).
Baca Juga
LFP digadang-gadang menjadi pesaing Nickel Manganese Cobalt Oxide (NMC) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. Sebab, perusahaan global seperti Tesla disebut sudah melirik LFP sehingga mengancam permintaan nikel yang marak diproduksi di Indonesia.
"Nah kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok. Tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan Tiongkok maupun dengan lain-lain," ungkap Luhut, Rabu (24/1).
Luhut juga membantah pernyataan Thomas Lembong soal 100% kendaraan Tesla produksi China menggunakan baterai LFP. Perusahaan mobil listrik milik Elon Musk itu, kata dia, masih menggunakan nikel untuk baterai kendaraan listriknya.
“Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP atau lithium ferro phosphate untuk mobil listriknya. Mereka masih tetap gunakan nickel based battery. Jadi seperti suplai nickel based battery itu dilakukan oleh LG Korea Selatan untuk model mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai,” ujar Luhut.
Baterai LFP atau Lithium Iron Phosphate, telah menjadi perbincangan hangat dalam berbagai industri. Termasuk dalam debat Cawapres Pilpres 2024 beberapa waktu lalu. Keunggulan LFP membuat sebagian pabrikan memilih menggunakan baterai tersebut untuk kendaraan listriknya, dibandingkan baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt).
(akr)
tulis komentar anda